Gerakan Literasi Sekolah Adalah : Pengertian Jenis Dan Tahapan

10 min read

Pengertian jenis dan tahapan gerakan literasi sekolah menurut para ahli

Pengertian jenis dan tahapan gerakan literasi sekolah menurut para ahli

Gerakan Literasi Sekolah adalah keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar progres pengajaran bertumpu pada kecakapan dan kesadaran literasi. Kultur literasi yang tertanam dalam diri peserta didik memengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Tidak yang paling mendasar dalam praktik literasi yakni aktivitas membaca. Keterampilan membaca yakni fondasi untuk mempelajari pelbagai hal lainnya. Kesanggupan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik. Via membaca peserta didik bisa meresap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Mengapa Butuh Gerakan Literasi Sekolah ? lalu apa Pengertian jenis dan tahapan gerakan literasi sekolah menurut para ahli ?

IT takes a village to raise a child. Pepatah Afrika itu menegaskan tugas pengasuhan anak yakni tanggung jawab masyarakat. Jauh sebelum sekolah melembaga dalam tradisi Indonesia, keluarga besar, tetangga, dan lingkungan masyarakat terdekat ikut serta mengawasi pertumbuhan seorang anak. Kultur itu membuat halaman rumah menjadi tempat bermain bersama dan ruang pengasuhan komunal. Melainkan, pada era modern ini, tanggung jawab pengasuhan bergeser ke keluarga inti dan sekolah. Ruang komunal merambah dan difasilitasi ranah daring. Ini menonjol dari sinergi antarelemen masyarakat yang berlangsung dalam ruang chat, media sosial, dan terbentuknya komunitas-komunitas daring yang peduli pengajaran. Kepedulian bersama ini sepatutnya menguatkan peran sekolah sebagai institusi pengajaran.

Penelitian Alan Barton (2003) menggambarkan keterlibatan keluarga dan publik dalam menunjang sekolah sanggup meningkatkan semangat belajar anak, mempertahankan keajegan kehadiran siswa di sekolah, mengurangi tingkat drop out, dan meningkatkan prestasi akademik siswa. Keberhasilan ini dialami siswa dari semua ras minoritas di sana sehingga partisipasi publik dalam pengajaran ditengarai sanggup mengurangi kesenjangan pencapaian akademik antara mayoritas dan minoritas yang senantiasa menjadi momok pengajaran multikultural.

Penelitian ini juga memperlihatkan dukungan publik dalam bentuk sumber daya untuk memfasilitasi aktivitas sekolah ternyata bisa meningkatkan performa sekolah dan semangat belajar siswa. Studi itu amat kontekstual dengan situasi pengajaran di Indonesia. Banyak sekolah negeri berada di tempat terluar, tempat-tempat dengan akses terbatas pada infrastruktur publik, dan mengakomodasi siswa-siswa dari keluarga prasejahtera serta suku minoritas. Fakta itu tentu tak mengabaikan sekolah-sekolah negeri di kantung kemiskinan perkotaan dan tempat miskin lain yang masih berjibaku dengan keperluan mendasar, seperti ruang dan fasilitas belajar yang layak dan aman.

Dengan kompleksitas itu, gerakan literasi sekolah yang mengawal program membaca 15 menit tiap hari di sekolah menonjol seperti kebijakan yang utopis. Bagaimana mungkin sekolah menyediakan ragam bacaan bagi guru dan siswa membaca tiap hari jikalau sekolah masih berkutat dengan banyak masalah mendasar lainnya? Data statistik memperlihatkan cuma 5,7% sekolah di Indonesia–dari tahapan pengajaran dasar sampai sekolah menengah atas– yang mempunyai perpustakaan. Itu malahan dengan situasi yang bervariasi; dari situasi ruangan yang kurang memadai, koleksi yang cuma terdiri atas buku-buku teks pelajaran, sampai tiadanya daya pengelola perpustakaan atau pustakawan.
Kecuali itu, penerapan 5% dana bantuan operasional sekolah (BOS) masih berfokus pada pengadaan buku teks pelajaran dan bukan pada buku bacaan yang sanggup menumbuhkan ketertarikan baca siswa.

Fenomena itu memperlihatkan penguatan tradisi literasi di sekolah bukan cuma menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru, tetapi juga tanggung jawab semua elemen publik sebagai \\’pengasuh\\’ anak dalam ruang komunal. Dukungan ini menjadi penting karena Indonesia tengah mengalami darurat literasi. Ketertarikan baca siswa perlu ditumbuhkan supaya mereka mencintai pengetahuan. Kesanggupan membaca siswa perlu ditingkatkan bukan cuma untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan siswa Indonesia yang terpuruk pada peringkat 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam percobaan Programme of International Student Assessment (PISA); tetapi juga untuk menciptakan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat. Meningkatkan kecakapan literasi siswa menjadi metode yang efektif untuk menjamin tercapainya tujuan pengajaran nasional.

Dukungan publik

Pelibatan publik dalam gerakan literasi sekolah perlu menjadi komponen penting dari visi dan misi sekolah. Praktik di banyak negara maju menggambarkan reformasi pengajaran yang cuma mengintervensi siswa dan sekolah tak akan berlanjut dalam jangka panjang. Pelibatan publik bisa dilaksanakan melewati antara lain; program-program keayahbundaan (parenting), menyinergikan aktivitas belajar di sekolah dan di rumah, memperkuat komunikasi dan jejaring sekolah dengan pihak eksternal, menggalakkan program relawan, melibatkan elemen masyarakat dalam perencanaan aktivitas-aktivitas literasi sekolah, serta meningkatkan kolaborasi antarsekolah, lulusan sekolah, dan komunitas pegiat literasi.

Program keayahbundaan bertujuan meningkatkan kapasitas ayah dan ibu sebagai figur figur literasi. Rumah perlu menjadi lingkungan yang literat dengan figur ayah dan ibu dan anggota keluarga yang suka membacakan cerita, bercerita, membaca, berdialog dengan anak, dan memperdengarkan pendapat mereka. Kecuali itu, kebijakan pelibatan keluarga dalam sekolah anak perlu mendapatkan dukungan melewati kebijakan-kebijakan yang ramah keluarga.

Misalnya, institusi pemerintahan dan swasta perlu diimbau untuk memberikan izin khusus kepada ayah dan ibu yang bekerja untuk mendampingi anak pada hari pertama tahun ajaran baru, menghadiri pertemuan-pertemuan ayah dan ibu, atau kamu ingin retensi pelanggan naik dibidang penjualan dan menjadi relawan dalam aktivitas-aktivitas sekolah. Kesadaran akan pelibatan keluarga perlu menjadi semangat dalam perancangan kebijakan. Misalnya, di beberapa negara komponen di Amerika Serikat, program pelibatan publik dan keluarga menjadi salah satu kriteria supaya dana pengembangan pengajaran yang diajukan sekolah bisa disetujui.

Sinergi aktivitas belajar di rumah dan di sekolah bertujuan mencari titik temu aktivitas belajar di rumah dan di sekolah. Sinergi bisa dilaksanakan dengan dua arah; siswa membawa profesi sekolah untuk dilaksanakan di rumah dengan dibantu ayah dan ibu, dan guru memaksimalkan praktik baik di rumah untuk dilaksanakan di sekolah. Ini bisa dilaksanakan dengan memberikan kans kepada siswa untuk bercerita atau menuliskan kegiatannya di rumah, atau ayah dan ibu diundang untuk bercerita dan menjadi relawan membaca di sekolah. Praktik baik di rumah bisa dieksplorasi guru melewati aktivitas kunjungan ke rumah.

Untuk menjalin komunikasi dengan keluarga dan pelaku bisnis serta komunitas pegiat literasi, kapasitas sekolah perlu ditingkatkan. Sekolah perlu menganalisis keperluan keluarga, ketertarikan, dan ide-ide mereka perihal pengembangan aktivitas literasi, serta memutuskan kendala mereka dalam berpartisipasi di aktivitas sekolah. Informasi ini perlu dipertimbangkan dalam membentuk program literasi sekolah.

Pendidik perlu sanggup berkomunikasi dengan efektif, memahami bahasa lokal, dan menghargai latar belakang tradisi keluarga. Untuk melibatkan lulusan, pelaku bisnis, dan komunitas pegiat literasi, sekolah perlu membangun metode isu perihal jejaring potensial dan senantiasa memublikasikan aktivitas literasi sekolah pada jejaring sosial. Sekiranya perlu, sekolah bisa menugaskan liaison untuk menjalin kekerabatan dengan pihak eksternal sekolah.

Kebijakan pengajaran perlu lebih memotivasi sekolah untuk melibatkan keluarga dan publik secara lebih kreatif. Tentunya, upaya-upaya sinergis yang sudah berjalan perlu diapresiasi, dibuat figur, dan dikembangkan dengan lebih baik lagi. Gerakan literasi sekolah tak akan berlangsung dengan efektif tanpa dukungan masif dari publik.

Membaca memberikan dampak tradisi yang amat kuat kepada perkembangan literasi peserta didik. Sayangnya, sampai dikala ini prestasi literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah, berada di bawah rata-rata poin internasional. Dari laporkan hasil studi yang dilaksanakan Central Connecticut State University di New Britain, diperoleh isu bahwa kecakapan literasi Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei (Jakarta Post, 2016).

Rendahnya literasi membaca hal yang demikian akan berimbas pada daya saing bangsa dalam kompetisi global. Kesanggupan literasi amat penting untuk keberhasilan individu dan negara dalam tataran ekonomi berbasis pengetahuan di percaturan global pada masa depan (Miller, 2016). Tidak ini memberikan penguatan bahwa kurikulum sepatutnya baca penting untuk dipakai dalam pengajaran di Indonesia.

Manual ini diinginkan bisa memberikan fondasi dan arahan bagi SMP dalam menggunakan kurikulum sepatutnya baca. Sasaran tertutup kemungkinan figur-figur yang tersaji di sini bisa dikembangkan lagi sehingga SMP menjadi semakin kreatif dan novatif.

Tujuan kurikulum sepatutnya baca yakni sebagai berikut: a) membentuk budi pekerti luhur; b) memaksimalkan rasa cinta membaca; c) menstimulus tumbuhnya aktivitas membaca di luar sekolah; d) menambah pengetahuan dan pengalaman; e) meningkatkan intelektual; f ) meningkatkan kreativitas; g) meningkatkan kecakapan literasi tinggi. Adapun Pengerjaan kurikulum sepatutnya baca yakni peserta didik di sekolah

Kecuali kurikulum sepatutnya baca perlu melibatkan semua pihak, bukan cuma sekolah dan orang tua, tetapi pelibatan publik totaliter diperlukan. Kecuali itu, kurikulum sepatutnya baca juga perlu menyesuaikan dengan SPM, secara khusus untuk jumlah buku (di SMP minimal ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku acuan. Kecuali itu, dalam Kurikulum 2013, peserta didik SMP sepatutnya menyelesaikan minimal 12 buku nonpelajaran/pengayaan).

Kurikulum sepatutnya baca juga memutuskan tiga tahap literasi, yakni pembiasaan (belum ada tagihan), pengembangan (ada tagihan nonakademik), dan pelajaran (ada tagihan akademik). Dalam ketiga tahap literasi hal yang demikian, kurikulum sepatutnya baca bisa terwujud dalam beberapa aktivitas

Pembelajaran aktivitas disusun berdasarkan tahap-tahap literasi, yakni: (1) Tahap Pembiasaan, (2) Tahap Pengembangan, (3) Tahap Kegiatan. Berikut ini yakni figur aktivitas yang dialamatkan dengan langkah-langkahnya.

JENIS PENERAPAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)

Tahap Pembiasaan
A) Membaca lima belas menit tiap hari pada jam ke-0 atau waktu lain berdasarkan kesepakatan sekolah.
Setiap ini yakni upaya membiasakan membaca pada peserta didik.
1) Guru mendampingi peserta didik untuk membaca selama lima belas menit.
2) Guru dan peserta didik membaca selama lima belas menit.
3) Guru memotivasi peserta didik untuk gemar membaca.

B) Mengelola sudut baca.
Sudut baca ini yakni upaya mendekatkan peserta didik pada buku. Berikut ini salah satu opsi yang bisa dilaksanakan untuk mengelola sudut baca.
1) Wali kelas mendampingi peserta didik untuk membuat sudut baca.
2) Ajar peserta didik mendonasi satu buku untuk sudut baca.
3) Ada peserta didik yang bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.
4) Peserta didik sepatutnya meminjam buku untuk dibaca.

C) Satu Peserta Sesudah Satu Buku Sastra (1 tahun sekali)
Program ini bertujuan untuk menambah jumlah koleksi buku sastra di perpustakaan sekolah.

1) Peserta didik diminta membawa satu buku sastra.
2) Peserta didik membaca buku yang dimiliki.
3) Wajib dibaca, buku itu didonasikan pada perpustakaan sekolah.
4) Peserta didik bisa meminjam buku sastra yang lain di sekolah.
5) Sekolah mempunyai koleksi buku sastra lebih banyak.

D) Kegiatan Kunjung Perpustakaan Sekolah
Setiap ini bertujuan memanfaatkan perpustakaan untuk menumbuhkan kegemaran membaca
1) Pengelola perpustakaan memberikan jadwal kunjung ke perpustakaan kepada tiap guru mata pelajaran.
2) Setiap dengan jadwal, tiap guru mata pelajaran membawa peserta didik satu kelas untuk berkunjung ke perpustakaan.

E) Membacakan cerita. Program ini bertujuan memotivasi peserta didik membaca lebih banyak lagi

1) Guru memilih buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk dibacakan di depan peserta didik.
2) Guru membacakan cerita dengan ekspresi dan penghayatan yang pas.
3) Tanya jawab dengan peserta didik perihal cerita yang sudah dibacakan.
4) Pada tahap selanjutnya, peserta didik secara bergiliran diminta membaca cerita menarik lain di hadapan sahabat sekelas.
5) Diadadakan perlombaan membaca cerita bagi peserta didik tiap tahun.

  1. Tahap Pengembangan

A. Mengelola sudut baca
Mengelola sudut baca bisa dilaksanakan lagi di tahap pengembangan dengan menambahkan beberapa langkah. Berikut ini salah satu opsi yang bisa dilaksanakan untuk mengelola sudut baca dalam tahap pengembangan.
1) Wali kelas mendampingi peserta didik untuk membuat sudut baca.
2) Ajar peserta didik mendonasi satu buku untuk sudut baca.
3) Ada peserta didik yang bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.
4) Peserta didik sepatutnya meminjam buku untuk dibaca.
5) Peserta didik membuat rangkuman hasil bacaan.
6) Peserta didik mengumpulkan hasil serume di loker khusus.
7) Wali kelas memeriksa rangkuman di loker sebulan sekali.
8) Peserta didik membuat perayaan hasil membaca, umpamanya menyebutkan hasil bacaan di kelas.

B. Satu Jam Kegiatan Baca (seminggu sekali)
Setiap ini membiasakan peserta didik gemar…
1) membaca buku yang disukai,
2) membuat rangkuman,
3) mengisi jurnal membaca,
4) menyebutkan isi buku.

C. Kuis Membaca Pagi
Program ini membiasakan peserta didik dengan aktivitas membaca pada pagi hari. Medianya berupa papan yang dilengkapi kotak-kotak kecil sebanyak jumlah mata pelajaran di sekolah. Kotak-kotak ini untuk menempatkan kertas-kertas kuis di tiap mata pelajaran. Berikut ini panduan progres Kuis Membaca Pagi
1) Setiap peserta didik diminta untuk mencari teks (tak lebih dari satu halaman) yang kemudian ditempelkan di kertas karton. Teks hal yang demikian dilengkapi dengan soal yang dibuat oleh peserta didik sendiri.
2) Setiap peserta didik dikasih kode untuk menandai teks hal yang demikian. Kegiatan teks dari peserta didik ditempatkan di kotak yang sudah disiapkan di kelas.
3) Siapkan juga kartu pantau yang berisi perihal nomor urut, tanggal melakukan, identitas peserta didik, kode teks dan soal yang dilaksanakan!
4) Sepakati hari untuk melakukan program ini, misal tiap Senin dan Kamis!
5) Pada hari yang sudah disepakati, semua peserta didik memilih kartu soal dan teks layak urutan daftar hadir kelas. Setiap dilaksanakan pagi hari sebelum jam pelajaran diawali. Peserta didik bisa mengambil lebih dari 1 teks dan soal untuk dilaksanakan jikalau waktunya masih mungkin.
6) Sebagian membaca teks dan melakukan soal, peserta didik mengisi kartu pantau.

D. Duta Literasi
Duta literasi yakni peserta didik terpilih yang bertugas untuk memaksimalkan program literasi di sekolah. Kegiatan aktivitas duta literasi bisa dilaksanakan, antara lain:
1) Wali kelas mengadakan seleksi duta literasi.
2) Wali kelas memilih tiga duta literasi .
3) Duta literasi dilatih dan dibekali keterampilan membaca dan menulis.
4) Duta literasi sepatutnya menjadi figur membaca dan menulis.
5) Duta literasi bertugas memotivasi peserta didik lainnya supaya gemar membaca.
6) Duta literasi bertugas mengelola sudut baca.
7) Duta literasi bertugas mengelola majalah dinding (mading) kelas. Kartu Mandiri Kartu mandiri bermanfaat untuk memonitor sasaran buku bacaan peserta didik.
8) Kartu mandiri berisi catatan buku yang sudah dibaca peserta didik.
9) Peserta didik bersama guru memutuskan sasaran minimal buku, umpamanya untuk SMP minimal 100 buku

F. Klub Pecinta Buku
Setiap ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik membaca buku baru dan membagi hasil bacaan pada sahabat. Setiap dalam klub pecinta buku bisa dilaksanakan dengan pelbagai metode, antara lain:
1) membaca buku,
2) membuat rangkuman/resensi buku,
3) menyebutkan isi buku,
4) mendiskusikan isi buku.

G. Tantangan Membaca
Tantangan membaca tak dilaksanakan pada tahap pembiasaan, tetapi bisa dilaksanakan setelah sekolah masuk dalam tahap pengembangan. Program ini menantang peserta didik untuk meningkatkan kegemaran membaca. Berikut ini opsi langkah-langkah aktivitas yang bisa dilaksanakan:

1) mendaftar program tantangan membaca,
2) memilih judul buku untuk tantangan membaca,
3) meringkas buku, tak lebih dari dua ratus kata,
4) melaporkan agenda daftar bacaan peserta didik dan hasil membacanya pada panitia,
5) melakukan tantangan membaca,
6) memberikan akta pada peserta didik yang berhasil.

H. Penghargaan Membaca

Penghargaan ini bertujuan meningkatkan semangat membaca peserta didik. Setiap penghargaan membaca yang bisa dilaksanakan antara lain:

1) memilih pembaca buku terbanyak dalam tiga bulan,
2) memberikan penghargaan dan hadiah buku pada waktu upacara sekolah.

I. Wujud Portofolio Membaca
Program ini bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan membaca peserta didik. Portofolio hasil membaca bisa berupa dokumen bukti lahiriah
1) hasil membaca umpamanya rangkuman buku-buku yang sudah dibaca atau jurnal membaca, laporan tugas membaca peserta didik, dan hasil membaca kreatif peserta didik. Berikut langkah-langkahnya.
2) Guru minta semua produk hasil membaca peserta didik untuk dikumpulkan.
3) Peserta didik menyiapkan bahan-bahan untuk membuat portofolio (lembar kerja, folder, dan map dokumen).
4) Peserta didik membentuk portofolio berdasarkan bentuk dan isi produk.
5) Tentukan isi portofolio (semua karya peserta didik atau hasil laporan membaca)
6) Setiap portofolio meliputi identitas peserta didik, daftar isi protofolio atau garis besar portofolio dan kumpulan karya-karya.
7) Ajar hari peserta didik melakukan portofolio (umpamanya lima belas menit tiap petang).
8) Portofolio yang sudah disusun, kemudian disimpan atau digantung berjejer di kelas secara berurutan.
9) Guru memantau dan mengevaluasi portofolio yang sudah disusun peserta didik.

J. Membaca Berhadiah Buku
Pemberian buku sebagai hadiah dilaksanakan untuk lebih menunjang peserta didik gemar membaca. Program ini bisa dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut

1) Guru bekerja sama dengan pengelola perpustakaan sekolah untuk menyediakan catatan kunjungan peserta didik ke perpustakaan.
2) Guru menyosialisasikan kepada semua peserta didik perihal program Pembaca Terbaik yang akan dilaksanakan tiap bulan.
3) Peserta didik akan berkompetisi membaca di perpustakaan sebanyak-banyaknya tiap dikala. Kunjungan peserta didik ke perpustakaan sekolah bisa dilaksanakan dikala jam istirahat atau waktu lowong.
4) Ajar bulan, guru akan memilih pembaca terbaik di sekolah kemudian dikasih hadiah buku dan tercatat di papan Pembaca Terbaik Bulan Ini.
5) Pembaca terbaik dipilih berdasarkan frekuensi kunjungan peserta didik ke perpustakaan, jumlah buku yang dipinjam, dan ragam buku-buku yang dibaca serta dipinjam peserta didik.
6) Pembelajaran sudah berjalan satu tahun, guru atau sekolah akan memilih pembaca terbaik selama satu tahun.
7) Pemilihan Pembaca Terbaik bisa dilaksanakan pada tiap tahapan.

K. Pos Baca Pos
Baca sekolah yakni tempat bacaan dan membaca di zona sekolah yang lebih luas, seperti lorong-lorong sekolah, taman sekolah, kantin, dan sebagainya. Bahan yang dipajang di Pos Baca bisa lebih bervariasi dan semua warga sekolah baik peserta didik, guru, kepala sekolah bisa berpartisipasi memperlihatkan karyanya melewati Pos Baca hal yang demikian. Berikut metode yang bisa dicapai untuk memaksimalkan Pos Baca.

1) Guru dan peserta didik membuat pos baca di sekolah.
2) Guru memberikan tugas kepada tiap kelas untuk secara bergiliran menyediakan dan mengganti bahan-bahan bacaan pada pos baca secara rutin.
3) Pada tahap permulaan perlu dikondisikan oleh guru atau kepala sekolah untuk membaca dan memberikan laporan hasil bacaan pada Pos Baca.
4) Peserta didik diminta membaca buku di Pos Baca dan memajang karyanya di Pos Baca.

Tahap Kegiatan
A. Membaca Buku Cerita (satu jam, seminggu sekali)
Setiap ini membiasakan peserta didik untuk membaca sastra. Setiap membaca buku cerita bisa dilaksanakan dengan pelbagai metode, antara lain:

1) membaca buku cerita,
2) membuat rangkuman isi cerita,
3) membuat bahan presentasi,
4) menyebutkan kembali pada sahabat atau klasifikasi.

B. Mading Kelas (terbit seminggu sekali)
Setiap ini membiasakan peserta didik untuk menulis, mempublikasi, dan membaca karya secara terstruktur . Berikut ini beberapa aktivitas dalam majalah dinding (mading) kelas.

1) membuat mading kelas,
2) menulis isu,
3) mempublikasikan isu di mading.

C. Diorama Cerita
Setiap ini bertujuan membiasakan peserta didik untuk membaca sastra. Setiap dalam diorama cerita, antara lain:
1) peserta didik berkelompok 2–3 peserta didik,
2) membaca buku cerita,
3) mendiskusikannya dalam klasifikasi,
4) membuat diorama cerita,
5) peserta didik bercerita di depan sahabat dengan bantuan diorama cerita.

D. Piramida Cerita
Setiap ini membiasakan peserta didik untuk membaca sastra. Berikut ini figur aktivitas dalam piramida cerita yang bisa dilaksanakan oleh peserta didik.
1) berkelompok 2–3 peserta didik;
2) membaca buku cerita bersama;
3) diskusi memutuskan komponen-komponen penting cerita;
4) mengambar piramida di kertas;
5) menulis komponen permulaan, inti, dan akhir cerita di tiga sisi piramida;
6) peserta didik bercerita di depan sahabat dengan bantuan piramida.

E. Kegiatan Kunjung Perpustakaan Sekolah
Setiap ini sudah disampaikan pada tahap pembiasaan. Dalam tahap pelajaran, ada tambahan langkah berhubungan dengan tagihan akademik. Berikut ini opsi langkah yang bisa dilaksanakan.
1) Pengelola perpustakaan memberikan jadwal kunjung ke perpustakaan kepada tiap guru mata pelajaran.
2) Setiap dengan jadwal, tiap guru mata pelajaran membawa peserta didik satu kelas untuk berkunjung ke perpustakaan.
3) Guru memberikan tugas untuk membaca buku yang berhubungan topik pelajaran, membuat rangkuman, dan berdialog.

F. Klub Literasi Peserta didik yang tergabung dalam klub ini melakukan pelbagai aktivitas literasi, di antaranya sebagai berikut.
1) bedah buku,
2) pelatihan menulis,
3) pameran buku,
4) kontes membaca,
5) seminar literasi,