Pengertian Debat Aktif : Metode, Etika, Langkah Dan Contohnya

8 min read

Contoh, Langkah, Etika, Syarat, Metode, Tujuan Dan Pengertian Debat Aktif Menurut Para Ahli

Contoh, Langkah, Etika, Syarat, Metode, Tujuan Dan Pengertian Debat Aktif Menurut Para Ahli

Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa dipakai yaitu dengan model debat aktif.

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi asuh dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melaksanakan perdebatan perihal topik yang ditugaskan.

Debat berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Debat merupakan acara bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih yang masing-masing berusaha mensugesti orang lain untuk mendapatkan ajakan yang disampaikan.

Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.Selanjutnya guru sanggup mengevaluasi setiap siswa perihal penguasaan materi yang mencakup kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam mekanisme debat.

Pada dasarnya, biar semua model berhasil mirip yang dibutuhkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi asuh yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka mencar ilmu materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menuntaskan tugas.

Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam perjuangan berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menuntaskan kiprah kelompok. Ketrampilan ini sanggup diajarkan kepada siswa dan kiprah siswa sanggup ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok.

Peran tersebut mungkin bermacam macam berdasarkan tugas, misalnya, kiprah pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan kiprah guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Langkah-langkah melaksanakan metode dabat aktif yaitu sebagai berikut :
Siapkan sebuah pernyataan yang kontraversial
Guru menginformasikan kasus yang kontroversial yang akan dibahas, kemudian siswa membuatkan sebuah pernyataan yang controversial yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Membagi kelas ke dalam dua tim. Satu kelompok yang “pro” dan kelompok lain yang “kontra”. setiap kelompok dibagi lagi menjadi 3-4 kelompok. Memilih salah satu anggota sebagai ketua/juru bicara
Memilih salah satu siswa sebagai moderator untuk memimpin debat

Mempersiapkan dingklik untuk para juru bicara pada kelompok yang pro dan kontra. Siswa yang lain duduk di belakang juru bicara. Memulai debat dengan para juru bicara mempresentasikan pandangan mereka. Proses ini disebut argument pembuka.

Contoh, Langkah, Etika, Syarat, Metode, Tujuan Dan Pengertian Debat Aktif Menurut Para Ahli
Debat Aktif

Setelah mendengar argument pembuka, siswa menghentikan debat dan kembali ke kelompok masing-masing untuk mempersiapkan argument mengkounter/melawan argument pembuka dari kelompok lawan. Setiap kelompok menentukan juru bicara yang gres (lain) untuk bergantian.

Melanjutkan kembali debat. Juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk memperlihatkan penerima yang lain sanggup memperlihatkan catatan yang berisi tawaran argumen atau bantahan untuk mendukung argument kelompoknya.
Meminta mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-masing argumen dari para wakil kelompok.

Pada dikala yang tepat, akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang. Memastikan bahwa kelas terintegrasi/menyatu dengan meminta mereka duduk berdampingan dengan mereka yang berasal dari kelompok lawan mereka
Meminta kepada siswa untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik berdasarkan mereka
Menyampaikan point-point penting dari debat tersebut dan menghubungkan dengan materi pelajaran.
Kelebihan dan kelemahan metode debat aktif yaitu sebagai berikut.

Kelebihan Metode Debat Aktif :

  • Peserta didik menajadi lebih kritis
  • Suasana kelas menjadi lebih bersemangat
  • Peserta didik sanggup mengungkapakan pendapatnya dalam forum
  • Peserta didik mnjadi lebih besar hati, ketika pendapatnya tidak sesuai dengan penerima yang lain

Kelemahan Metode Debat Aktif :

  • Biasanya hanya siswa yang aktif saja yang berbicara
  • Terkadang timbul perselisihan antar siswa sehabis berdebat sebab tidak terima pendapatnya disanggah
  • Biasanya timbul rasa ingin saling menjatuhkan
  • Memakan waktu yang cukup lama

Debat yaitu acara langgar argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan kasus dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif mirip parlemen, terutama di negara-negara yang memakai sistem oposisi.

Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang terang dan hasil dari debat sanggup dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Debat yaitu suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dan pihak yang lain saling menyerang.[1]

Debat sanggup diartikan pula sebagai silang pendapat perihal tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal melalui obrolan formal yang terorganisasi. Debat yang biasanya diikuti oleh pihak pendukung dan pihak penyangkal dipimpin oleh seorang pemandu (moderator) serta dibatasi oleh waktu dan hukum main. Kedua belah pihak yang berdebat berusaha meyakinkan lawan debat dan pemirsa/pendengar bahwa ajakan dan argumennya yaitu yang paling baik.

Di negara yang telah maju kehidupan demokrasinya bahkan roh demokrasinya telah mendarah daging bagi kehidupan mereka, debat dianggap sebagai tradisi. Kegiatan Debat di negara itu sangat menarik dan mencerdaskan. Contoh acara debat menarik yang tidak pernah dilupakan masyarakat dunia yaitu debat kampanye calon presiden di negara Amerika. Debat antara Lincoln dan Douglas pada tahun 1858, debat antara Carter dan Reagen tahun 1980, serta debat John F. Kennedy dan Richard Nixon.

Karena keseriusannya merintis acara debat calon presiden di televisi mulai tahun 1961, Kennedy bisa meyakinkan masyarakat Amerika bahkan dunia akan pemikiran serta kemampuannya sehingga Beliau menjadi orator ulung dan pemimpin (presiden). Melalui acara debat yang terorganisir, selain memperlihatkan imbas peningkatan kualitas pribadi, debat juga bisa menstimulus dan memperlihatkan imbas orang lain bahkan masyarakat yang lebih luas.[2]

Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan. Dimana pelaku debat yaitu siswa atau mahasiswa yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang berpengaruh untuk mempertahankan pendapatnya?
Strategi pembelajaran dalam bentuk debat dilakukan dengan memperlihatkan suatu informasi yang sedapat mungkin kontroversial sehingga akan terjadi pendapat-pendapat yang berbeda dari siswa/mahasiswa.

Dalam mengemukakan pendapat mahasiswa dituntut untuk memakai argumentasi yang berpengaruh yang bersumber pada materi-materi kelas. Pengajar harus sanggup mengarahkan debat ini pada inti materi pelajaran yang ingin dicapai pemahamannya.[3]

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa.

Metode Debat merupakan sebuah metode pembelajaran yang dimana siswa terbagi dalam dua kelompok besar ataupun kecil yang terdiri dari pihak yang pro dan kontra untuk beradu memberikan pendapat/ tanggapan mereka didalam menghadapi suatu topik kasus yang telah ditentukan.

Anggota kelompok juga sanggup bertanya kepada penerima debat/pembicara. Metode ini biasa dipakai ketika:
a) Jika hasil pembicaraan perlu diasah.
b) Untuk membangkitkan analisa.
c) Untuk memberikan pendapat yang berbeda-beda.
d) Jika anggota bersedia untuk mendengar kedua segi permasalahan.
e) Jika kelompok itu besar.

Teknik debat aktif (active debate) yaitu cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran berbicara dengan cara menyajikan tema kontroversi yang menarik untuk diperdebatkan. Siswa dalam hal ini saling mengungkapkan argumentasi untuk memutuskan baik tidaknya suatu ajakan tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut Pro, (pendukung atau afirmatif) dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau Kontra (negatif).

Teknik debat aktif sanggup mendukung siswa untuk berani mengomentari, menyanggah, mengkritik sesuai dengan posisi dan kiprah yang dimainkan. Dalam penerapan teknik debat aktif ini terdapat hal yang berbeda dari mekanisme debat konvensional, yaitu siswa akan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya.

Selain itu, gugusan duduk siswa dikondisikan mirip setengah bundar yang di tengahnya terdapat dua juru bicara dari kelompok pro dan kontra yang ditemani oleh dua moderator yang masing-masing memprovokasi kelompok pro dan kontra.
Dalam pembelajaran, penggunaan teknik debat aktif yang lebih mengarah pada mekanisme debat kompetitif yaitu debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas.

Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan hukum atau format yang terang dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Pemenang debat yaitu tim yang berhasil memperlihatkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik. Tidak mirip debat sesungguhnya di parlemen. Penggunaan teknik debat aktif dalam pembelajaran tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan.

Namun, lebih diarahkan untuk membuatkan kemampuan-kemampuan siswa dalam berbicara, dalam hal ini kemampuan siswa yang diarahkan mencakup kemampuan untuk berargumentasi, mendengarkan pendapat yang berbeda, menyanggah, dan memberikan kritik.[4] Siswa juga dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan sanggup dipertanggung-jawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa mencar ilmu bagaimana menghargai adanya perbedaan.

Selanjutnya guru sanggup mengevaluasi setiap siswa perihal penguasaan materi yang mencakup kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam mekanisme debat.

B. Langkah-langkah Debat Aktif
Penerapan teknik debat aktif (active debate) dalam pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Susunlah sebuah pertanyaan yang berisi pendapat perihal informasi kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran. Sebagai contoh, Bolehkah berpoligami?
  2. Bagilah siswa menjadi dua tim debat. Berikan secara acak posisi “Pro” kepada satu kelompok dan posisi “Kontra” kepada kelompok lain.
  3. Selanjutnya, buatlah du hingga empat sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa Anda sanggup menciptakan tiga sub kelompok Pro dan tiga sub kelompok kontra, yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan tiap sub kelompok untuk menyusun argument bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar panjang argument yang mungkin akan mereka pilih dan diskusikan. Pada final dari diskusi mereka, perintahkan sub kelompok untuk menentukan juru bicara.
  4. Tempatkan dua hingga empat dingklik (terganung jumlah dari sub kelompok yang dibentuk untuk tiap pihak) bagi para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah dingklik yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Posisikan siswa yang lain di belakang tim debat mereka.

Mulailah “debat” dengan meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai “argument pembuka”

  1. Setelah semua siswa mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan perintahkan mereka kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun taktik dalam rangka mengkomentari argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok menentukan juru bicara, akan lebih baik bila memakai orang baru.
  2. Kembali ke dalam debat. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memperlihatkan “argument tandingan”. Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua belah pihak), anjurkan siswa lain untuk memperlihatkan catatan yang memuat argument tandingan atau bantahan kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat mereka.
  3. Apabila dianggap perdebatannya sudah cukup, maka akhirilah debat tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan sisswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh perihal apa yang didapatkan oleh siswa dari duduk perkara yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang berdasarkan mereka merupakan argument terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.[5]
  4. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
  5. Guru mengajak siswa menciptakan kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.[6]
    Variasi
  6. Tambahkanlah satu atau beberapa dingklik kosong bagi tim-tim debat. Ijinkan siswa untuk menempati kursi-kursi kosong itu manakala mereka ingin turut berdebat.
  7. Mulailah segera acara ini dengan argumen pembuka perdebatan. Lakukanlah dengan debat konvensional, namun sering-seringlah menggilir para pendebatnya.
    Sedangkan berdasarkan Sanaky, Penerapan taktik pembelajaran Debat Aktif (Active Debate), dengan langkah-langkah atau mekanisme yang dilakukan, sebagai berikut:
    a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) ahad sebelum perkuliahan. Mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi ini biar memudahkan dalam “debat”.
    b. Dalam acara “debat”, kelas dibagi menjadi 5 [lima] kelompok. Secara acak akan ditugaskan, yaitu:
    1) kelompok pertama ditetapkan sebagai penyaji
    2) kelompok kedua dan ketiga ditentukan sebagai “kontra” atau “penyangga”
    3) kelompok keempat sebagai “pembela” kelompok pertama
    4) kelompok kelima sebagai “penengah”.
    Masing-masing kelompok terdiri 10 (sepuluh) mahasiswa atau lebih.
    c. Sebelum debat dimulai, dosen menyajikan “global materi” kuliah yang akan didebatkan kepada mahasiswa dalam bentuk ceramah.
    d. Sebelum debat dilaksanakan, mintalah masing-masing kelompok menetukan “juru bicaranya” dan kemudian mintalah tiap-tiap kelompok mendikusikan materi pada kelompoknya sendiri dan merumuskan arguman-argumen dari hasil diskusinya.
    e. Setelah masing-masing kelompok telah selesai mediskusikan materi tersebut dan telah menemukan problem atau kasus untuk disampaikan. Diskusi tidak boleh dan setting kelas dibentuk dalam situasi yang berbeda. Setting kelas sebagai berikut :

f. Mulailah “perdebatan” dan dalam “perdebatan” ini dosen bertindak sebagai pemandu. Langkah pertama, perintahkanlah “juru bicara” dari kelompok “penyaji” untuk memberikan argumen-argumennya. Langkah kedua, meminta kelompok kontra (2 dan 3) meberikan atau memberikan “konter argumentasinya” dan buatlah situasi debat anatar “penyaji” dengan “kontra” dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok “penengah”.

Langkah ketiga, mintalah kolompok “pembela” untuk memberikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat antara kelompok kontra dengan kelompok “pembela” dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok “penengah”.

Doronglah penerima yang lain untuk mencatat balasan banyak sekali argumen atau bantahan yang disarankan kepada juru bicaranya. Juga, doronglah mereka untuk sesekali menyambut dengan applaus terhadap argumen-argunen dari wakil atau juru bicara tim mereka.

Ketika dianggap perdebatannya sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut dan gambungkan kembali seluruh kelompok tersebut dalam bundar penuh. Kemudian disimpulkan dan berilah komentar perihal permasalah yang diajukan dalam perdebatan tersebut serta buatlah diskusi seluruh kelas perihal apa yang telah dipelajai oleh mahasiswa perihal duduk perkara dari pengalaman debat itu dan kemudian rumuskan argumen-argumen terbaik yang dibentuk kedua kelompok (“penyaji” dan “kontra”) debat tersebut.

Sebelum menutup perkuliahan, doronglah semua mahasiswa untuk menyambut dengan applaus atas “debat” yang telah dilakukan, sehabis itu tutup kuliah dengan membaca do’a.[7]
C. Deskripsi
Berikut ini merupakan citra atau deskripsi pelaksanaan taktik pembelajaran Debat Aktif, yaitu:
Pembukaan
Guru memberikan presepsi dan motivasi perihal materi pelajaran terdahulu. Kemudian guru memotivasi para siswa pentingnya materi yang akan dipelajari serta memberi pola yang bekerjasama dengan materi ajar.
Kegiatan Pokok

Guru menulis tujuan pembelajaran perihal ‘materi yang akan dibahas’ kemudian menjelaskan materi mencar ilmu tersebut. Guru memperlihatkan beberapa pola tindakan poligami. Siswa menciptakan pola lainnya.

Guru menciptakan sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah disampaikan yaitu adanya “bolehkah poligami?”. Beberapa siswa diminta pendapatnya hingga teridentifikasi ada 2 pendapat, yaitu pendapat yang baiklah dan tidak baiklah dengan poligami. Kemudian guru membagi kelas menjadi 2 kelompok. Satu kelompok sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan setuju, sementara satu kelompok yang lain yaitu sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut atau tidak setuju.

Guru memandu debat antara kelompok baiklah dan tidak baiklah terhadap poligami. Masing-masing kelompok memperlihatkan alasan secara terbuka dan kelompok lain sanggup membantah atau memperlihatkan alasan yang bertentangan.

Baca Juga : Pembangunan

Debat diakhiri dengan memperlihatkan alasan dan pertimbangan masing-masing kelompok mengapa baiklah dan tidak baiklah terhadap poligami. Guru memberi penguatan terhadap hasil debat yang berbesda tersebut.
Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Guru menutup pelajaran dan menugaskan siswa mencatat tugas.