Cerita Fabel Pendek, Singkat Panjang Dan Ada Pesan Moralnya

7 min read

Cerita Fabel Pendek Singkat Dan Ada Pesan Moralnya

Cerita Fabel Pendek, Singkat Panjang Dan Ada Pesan Moralnya – Fabel hadir beriringan dengan dongeng perihal peri-peri atau lazim disebut dengan fairy tale dan sudah ada dari zaman dulu sekitar pertengahan abad ke enam. Penyebaran fabel dikerjakan dari mulut ke mulut, diwariskan dari tiap-tiap generasi ke generasi berikutnya, dan dari satu daerah ke daerah lainnya. Fabel dapat ditemukan hampir di tiap-tiap daerah dan dari sebuah fabel kita dapat kurang lebih mengetahui perihal situasi dan kepercayaan yang berlaku di daerah dan pada masa itu.

Dalam sebuah fabel, binatang mewakili manusia dengan beragam kesalahan dan kebijakannya. Alam yang yaitu habitat binatang memiliki peranan nomor dua. Biasanya pengarang fabel tak senantiasa tertarik untuk menempatkan tokoh-tokoh binatang tersebut pantas habitatnya. Mereka lebih tertarik untuk membahas perihal perilaku dengan tujuan untuk mengingatkan pembaca akan hukum-hukum kehidupan.

Oke Pada kali ini kita akan membahas Pengertian Fabel Adalah, Ciri Ciri, Unsur, Sejarah Dan Struktur Fabel secara lengkap, jadi bagi kamu yang belum tau yuk mari kita pelajari bersama mulai dari cerita fabel 2 paragraf, 4 paragraf yang panjang, singkat, pendek dan lucu.

Pengertian Fabel Menurut Para Ahli

Fabel berasal dari kata bahasa latin “fabula” yang berarti sebuah cerita. Kata “fabula” sendiri diperoleh dari kata kerja “fari” yang artinya berdiskusi dengan akhiran “ula” yang membuktikan sedikit, sehingga dapat diartikan juga sebagai cerita yang pendek. Secra lazim fabel lazim diartikan sebagai dongeng binatang.

Tapi definisi lebih jelasnya perihal fabel adalah sebagai berikut, fabel berisi tokoh-tokoh binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bergerak, maupun energi alam lainnya yang ditunjukkan memiliki kesanggupan-kesanggupan seperti manusia seumpama berjalan, makan, berdiskusi, maupun ngakak.

Fabel berisi tokoh-tokoh binatang, tumbuhan, benda-benda yang tidak bergerak, ataupun tenaga alam lainnya yang digambarkan memiliki kemampuan-kemampuan seperti manusia contohnya berjalan, makan, berdiskusi, ataupun ngakak.
Sebagai salah satu macam karya sastra fabel memiliki struktur yang simpel dapat ditulis dalam bentuk puisi (im Vers geschrieben) dan dalam bentuk narasi (im Prosa gechrieben).

SEJARAH FABEL

Fabel lahir di Yunani pada abad ke-6 SM. Cerita fabel yaitu kesustraan dunia yang tertua. Penulis pertamanya yaitu seorang budak bernama Äsop, Beuti (1984: 142) “Äsop schrieb die ersten Fabeln, die Vorbild für alle nachfolgenden Fabeldichter wurden und deren Wirkung bus in die modern reich”. Dari permulaan fabel yaitu suatu alat/perantara yang paling ideal untuk menyampaikan suatu kebenaran, yang pada saat itu tak mudah untuk dikatakan secara segera secara khusus untuk kalangan rakyat jelata. Setelah Äsop, timbul Phädrus, salah satu seorang pengarang fabel yang familiar pada abad ke-1 Masehi.

Di negara Jerman fabel sudah ditulis dan digemari sejak abad pertengahan (Mittelalter), dan berkembang kencang pada zaman reformasi (Reformationszeit). Penulis fabel yang paling berdampak yaitu Martin Luther yang memakai fabel sebagai media penyampaian pandangannya perihal politik dan kehidupan beragama. Tapi mengalami kemunduran pada zaman Barock, namun fabel benar-benar berkembang paling kencang pada zaman pencerahan (Aufklärung). Pada zaman ini penulis fabel yang familiar dari negara Jerman yaitu Lessing.

Karenanya dari itu sebuah fabel mengandung suatu makna tersirat mengenai ajaran sopan santun yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari.

Ciri Ciri Cerita Fabel

  1. Menerapkan tokoh binatang dalam penceritaannya.
  2. Binatang yang sebagai tokoh utama dapat berperilaku seperti manusia (berdiskusi, berfikir)
  3. Memperlihatkan penggambaran sopan santun / elemen sopan santun dan karakter manusia dan kritik perihal kehidupan di dalam ceritanya.
  4. Penceritaan yang pendek.
    a. Konfliksituation
    b. in kurzen Zeitspanne
  5. Menerapkan opsi kata yang mudah
  6. Dalam cerita fabel, paling bagus yang disebutkan yaitu antara karakter manusia yang lemah dan kuat.
  7. Menerapkan setting alam.

Format menjadi penekanan pada ceritra fabel yaitu poin sopan santun yang terkandung di dalamnya, kecuali itu poin sopan santun yang akan disampaikan dalam cerita. Penulis fabel memakai binatang atau tumbuhan sebagai penggambaran dari sifat atau stereotip dari manusia maupun masyarakat dan masalah yang timbul di dalamnya.

Tapi dari fabel sendiri dapat berupa prosa (Epik) maupun sajak (Lyrik). Sistem beberapa besar karya fabel pendek, karena pada mulanya cerita fabel disampaikan secara verbal dari mulut ke mulut (mündlich)

Sebab penulisan fabel maupun kata-kata yang diaplikasikan (diksi) yaitu kata-kata yang mudah. Walaupun fabel berkembang di kalangan masyarakat lazim. Beuti (1984: 142) menyebutkan bahwa:

“Themen, Aufbau, Unform der Fabeln waren dabei sehr unterschiedlich. Neben Fabeln, die Kritik an menschlichen Schwächenübten, gab es Fabeln, die mehr oder miender direkt politische Miβstände der damaligen Zeit anprangerten…..Trotz solcher Unterschiede war das Strukturprinzip immer das gleiche”

Beuti (1984: 142) Fabel

Dalam bahasa Indonesia, dapat ditunjukkan bahwa tema, struktur, dan bentuk dari fabel tak dibatasidan tidaklah sama satu fabel dengan yang lain. Macam terdapat perbedaan di atas, namun prinsip dari fabel sama. Format paling penting yaitu bahwa fabel mengkritisi sifat manusia, diskriminasi kepada kaum lemah, dan situasi masyarakat yang sedang terjadi dengan binatang(juga terdapat sedikit yang memakai tumbuhan maupun benda lain) sebagai tokoh di dalamnya
Ada juga fabel yang menitik beratkan pada sastranya.

Binatang fabel ini memakai kata-kata dan ungkapan yang indah. Pengarang fabel macam ini yang familiar yaitu La Fontaine dari Perancis. Cerita fabel sesungguhnya yaitu cerita yang ditujukan untuk orang dewasa, namun sejak abad ke-19 fabel yaitu salah satu macam literatur yang ditujukan untuk anak-anak.

Jenis Fabel

Fabel dibagi menjadi sebagian ragam :

  • Fabel tradisional
  • fabel modern
  • dan fabel fiksi ilmiah.
    Fabel tradisional memiliki ciri cerita sangat pendek, temanya sederhana, isinya umumnya berupa petuah atau nasehat, memiliki sifat hewani yang sangat lekat (tak berbaju dan latar yang diaplikasikan di habitat alaminya).
    Fabel moder memiliki ciri, isi cerita pendek, melainkan dapat juga panjang. Memiliki tema yang kompleks, tokohnya memiliki karakter yang unik, dan tak mengikut kehewanan sedangkan konsisten memperlihatkan jasmaniah binatang.
    Fabel fiksi ilmiah memiliki ciri, memiliki semua faktor fabel melainkan dipengaruhi faktor sains dan teknologi.

Fungsi fabel
Fabel kerap kali diaplikasikan sebagai cerita dalam rangka mengajar masyarakat. Misalnya cerita tadi. Amanat yang dapat anda petik yakni jangan sekali-kali berperilaku tinggi hati. Karena ketinggihatian bukan senjata yang ideal untuk memenangkan kejutan

SIMBOLISME BINATANG PADA FABEL

Tapi binatang pada fabel lazim dikaitkan dengan karakteristik tertentu dan berfungsi sebagai simbol. Burung, babi hutan, ikan, ular, dan binatang ternak yaitu figur binatang yang paling tak jarang diaplikasikan sebagai simbol. Babi hutan seumpama, tak jarang diaplikasikan sebagai simbol kesuburan, kekayaan, energi dan keberanian. Walaupun juga memiliki simbol positif dan negatif. Berikut yaitu beberapa figur dari binatang yang memiliki simbol positif :

  1. Babi Hutan : lambang energi, keberanian, kekayaan.
  2. Ikan : dapat dikaitkan dengan ilmu pengetahuan
  3. Burung : lambang keahlian, ilmu, dan simbol keberanian bagi para prajurit.
  4. Kuda, sapi, babi : lambang kesuburan.
    Lalu binatang yang memiliki simbol negatif yaitu seumpama sebagai berikut :
  5. Ular : lambang kriminalitas, kelicikan , masalah
  6. Naga : lambang kehancuran, masalah dan ketidak suburan.
    Sistem lambang-lambang binatang tersebut dapat berlaku berbeda di masing-masing daerah, pantas dengan kebudayaan dan kultur dari tiap-tiap daerah. Seperti di Indonesia, binatang yang cenderung memiliki simbol negatif yaitu buaya, ular dan serigala. Binatang yang memiliki simbol positif yaitu lumba-lumba, semut, dan lain sebagainya.

Unsur Unsur Cerita Fabel

  1. Tema
  2. Alur
    Cerita fabel ini memakai alur maju, dari mulai kelinci dan kura-kura bertemu, kemudian kelinci mengajak kura-kura beradu kecepatan, dan walhasil si kura-kura lah pemenangnya.
  3. Latar
    Ø Di jalan, saat kelinci bertemu kura-kura dan mengejek kura-kura yang lambat dalam berjalan.
    Ø Dibawah pohon beringin, kelinci mengajak kura-kura untuk bertanding adu kencang dengan wasit serigala.
  4. Penokohan
    Kelinci

Fabel juga ditulis dalam bahasa yang simpel (einfache Eorm), padat dan pendek. Alur dalam fabel juga simpel yakni hanya terdiri atas pembukaan yang pendek, perselisihan dan akhir yang tidak terduga.

Kesederhanaan bentuk dan bahasa hal yang demikian mungkin terkait erat dengan poin etika yang diberi tahu oleh fabel hal yang demikian, agar lebih gampang dicerna dan diterima oleh pembacanya.

Gaya Bahasa Fabel
Gaya bahasa yang diaplikasikan yaitu bahasa tak baku.

Amanat Fabel
Kita tak boleh besar kepala kepada orang lain dengan kelebihan yang kita miiki, karena kearoganan yaitu sifat yang tak bagus,

Contoh Cerita Fabel Singkat : Kelinci Dan Kura-Kura

Di sebuah hutan kecil di pinggir desa ada seekor kelinci yang besar kepala. Bila menyukai mengejek binatang-binatang lain yang lebih lemah. Binatang-binatang lain seperti kura-kura, siput, semut, dan binatang-binatang kecil lain tak ada yang menyukai pada kelinci yang besar kepala itu. Suatu hari, si kelinci berjalan dengan sombongnya mencari lawan yang lemah untuk diejeknya.

Kebetulan ia bertemu dengan kura-kura.
“Hei, kura-kura, si lambat, kau jangan jalan aja dong, lari semacam itu, biar kencang sampai.”
“Biarlah kelinci, memang jalanku lambat. Format penting aku sampai dengan selamat ke daerah tujuanku, daripada kencang-kencang nanti jatuh dan terluka.”
“Hei kura – kura, bagaimana sekiranya kita adu lari? Setelah kau dapat menang, aku akan beri hadiah apa saja yang kau minta!”

Tata di dalam hati kelinci berkata, “Mana mungkin ia akan dapat mengalahkanku?”
Kura-kura menjawab, “Wah, kelinci mana mungkin aku bertanding adu kencang denganmu, kau dapat lari dan loncat dengan kencang, walaupun aku berjalan selangkah demi selangkah sambil membawa rumahku yang berat ini.”
Kelinci menjawab lagi,

“Nggak dapat, kau nggak boleh menolak tantanganku ini! Pokoknya besok pagi aku tunggu kau di bawah pohon beringin. Bisa akan menghubungi Serigala untuk menjadi wasitnya.

”Kura-kura cuma dapat diam melongo. Di dalam hatinya berkata, “Mana mungkin aku dapat mengalahkan kelinci?”

Keesokan harinya si Kelinci menunggu dengan sombongnya di bawah pohon beringin. Serigala juga sudah datang untuk menjadi wasit. Setelah Kura-kura datang Serigala berkata.

“Dikala begini, kalian mulai dari pohon garis di sebelah sana yang di bawah pohon mangga itu. Kalian dapat lihat?”
Kelinci dan kura-kura menjawab, “Alangkah!”

“Nah siapa yang dapat datang duluan di bawah pohon beringin ini, itulah yang menang.” Oke, satu, dua, tiga, mulai!”
Kelinci segera meloncat mendahului kura-kura, yang mulai melangkah pelan karena ia tak dapat meninggalkan rumahnya.

“Ayo kura-kura, lari dong!” Baiklah aku tunggu disini ya.”
Kelinci duduk sambil bernyanyi. Angin waktu itu berhembus pelan dan sejuk, sehingga membikin kelinci mengantuk dan tak lama kemudian kelinci pun tertidur. Dengan pelan namun pasti kura-kura melangkah sekuat energi. Dengan diam-diam ia via kelinci yang tertidur pulas.

Tapi langkah lagi ia akan mencapai garis finish. Faktor itulah kelinci bangun. Hati terkejutnya ia memandang kura-kura sudah hampir mencapai finish sekuat energi ia berlari dan meloncat untuk mengejar kura-kura.

Tapi sudah terlambat, kaki kura-kura sudah menyentuh garis finish dan pak serigala sudah mempertimbangkan bahwa pemenangnya yaitu kura-kura. Tabah kelinci besar kepala terdiam terhenyak, seolah tak percaya bahwa ia dapat tertidur.

Jadi siapa pemenangnya tentu saja kura-kura. Pantang Menyerah ?

Contoh Cerita Fabel Pendek : Si Kancil dan Buaya

Suatu hari Si Kancil, hewan yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Dia cuma berkeinginan mencari udara segar, mengamati sang surya yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap, sebab pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia berkeinginan berjemur di bawah terik sang surya. Di situ ada sungai besar yang airnya dalam sekali.

Sesudah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya,..krucuk…krucuk…krucuk. Wah, rupanya perutnya telah lapar. Dia membayangkan alangkah enaknya jika ada makanan kesukaannya, ketimun. Melainkan kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana metode menyeberanginya ya? Dia berfikir sebentar. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluar…..

Saya punya makanan untukmu…!!” Semacam Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu.

Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… berkeinginan daging segar nggak?”

Tak lama kemudian, seekor buaya timbul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang teriak-teriak siang-siang demikian ini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. jika tidak saya makan nanti kau.” Kata buaya kedua yang juga timbul.

“Wah…. baik kalian berkeinginan keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian. “Jikalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa…!” Kancil berteriak lagi.
“Ada apa Kancil sebetulnya, ayo kencang katakan,” kata buaya.
“Demikian, maaf jika saya mengganggu tidurmu, tetapi saya akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya seharusnya keluar segala.

Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar segala. “Hei, teman-teman segala, berkeinginan makan gratis nggak? Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.

“Oke, sekarang saya akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” demikian itu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga walhasil dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Gampang sekali rupanya.”

Tanpa berdaya upaya panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.

“Nah, sekarang saya seharusnya menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya pada baris berjajar sampai ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti saya akan menghitung satu persatu.”

Semacam sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan saya bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa saya tidak membawa sepotong daging malah?”

“Sesungguhnya saya cuma berkeinginan menyeberang sungai ini, dan saya butuh jembatan untuk melewati. Jikalau demikian itu saya ucapkan terima beri pada kalian, dan mohon maaf jika saya mengerjai kalian,” kata Kancil.

“Ha!….huaahh… sialan… Kancil jahil, rupanya kita cuma dibohongi. Aws kau ya.. jika ketemu lagi saya makan kau,” kata buaya-buaya itu marah.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun

Baca Juga: Pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP) Jenis Dan Contohnya

Oke jadi cukup sekian yang bisa kami bagikan tentang Cerita Fabel Pendek Singkat Dan Ada Pesan Moralnya semoga bermanfaat untuk kita semua.