Doa Agar Penyakit Diangkat Oleh Allah SWT

9 min read

Doa Agar Penyakit Diangkat Oleh Allah

Doa Untuk Orang Sakit Agar Penyakit Diangkat Oleh Allah SWT Supaya Cepat Sembuh Total Bahasa Arab Dan Latin

Yang kita tahu bahwa kita sebagai manusia tidak akan pernah luput dari yang namanya maut, demikian itu juga sebelum maut itu datang bahkan kita akan di uji oleh Allah SWT dengan bermacam variasi penyakit, baik itu penyakit ringan maupun yang berat. Adapun diceritakan bahwa penyakit itu sendiri akan datang terhadap seseorang untuk memusnahkan sebagian dosa yang dia lakukan.

Doa Agar Penyakit Diangkat Oleh Allah

Berikut ini tulisan ucapan doa untuk orang sakit agar cepat sembuh tersedia dalam bahasa arab, latin, dan artinya. Kemudian dibagian bawah tulisan ada tutorial menjenguk orang sakit, penjelasan mengapa doa yang sedang sakit itu mustajab. Berikut ini daftar doa untuk orang sakit sesuai sunnah agar cepat sembuh semoga berkhasiat bagi sahabat sahabat seluruh.

Beriman dan beramal sholeh terhadap Allah dan RasulNya merupakan keharusan kita sebagai muslim, agar amalan kita bisa diterima merupakan dengan meniru apa yang sudah nabi sallallahu alaihi wasallam ajarkan. Dan dibawah ini terdapat 3 doa untuk orang sakit bahasa arab, latin, terjemahan bahasa indonesia dan video penjelasan dari Ustadz Dr. Khalid basalamah M.A.

Doa Untuk Orang Sakit yang Pertama
١. أَسْأَلُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَاَنْ يَشْفِيَك
As alulloohal adziim robbul arsyil adziim ayyasyfiyaka/ayyasyfiyaki ( 7x ).
Arti Doa Untuk Orang Sakit
“Saya memohon atas nama Allah Tidak Kecuali Agung
Pemilik singgasana Tidak Agung
Agar menyembuhkanku”

Doa Untuk Orang Sakit Kedua
٢. بِسْمِ اللّٰهِ أعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
Bismillaahi audzubillaahi minsyarri maa ajidu wa uhaadziru ( 7x ).

Doa Untuk Orang Sakit Ketiga
٣. بِسْمِ اللّٰهِ تُرْ بَةِ اَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا يُشِفٰى بِهِ سَقِيْمُنَا
Bismillaahi turbati ardinaa biriiqoti ba’dinaa yusyifaa bihi saqiimunaa ( 7x ).

Sekiranya orang yang sakit laki-laki pakai “KA”
Sekiranya yang sakit perempuan pakai “KI”
Baca sebanyak 7x tujuh kali.

Doa Menjenguk Orang Sakit – doa untuk orang sakit supaya cepat sembuh
Abdul ‘Aziz dan Tsabit pernah menemui Anas bin Malik. Tsabit berkata pada Anas saat itu,
“Wahai Abu Hamzah (nama kunyah dari Anas), aku sakit.” Anas berkata, maukah aku meruqyahmu (menyembuhkanmu) dengan ruqyah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tsabit bahkan menjawab, “Iya, boleh.” Lalu Anas membacakan do’a,
ALLAHUMMA RABBAN NAAS MUDZHIBAL BA’SI ISYFI ANTASY-SYAAFII LAA SYAFIYA ILLAA ANTA SYIFAA’AN LAA YUGHAADIRU SAQOMAN.
“Ya Allah Wahai Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembukanlah dia. (Cuma) Engkaulah yang bisa menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan tetapi kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak kumat lagi.” ( HR. Bukhari, no. 5742; Muslim, no. 2191)
Imam Nawawi membawakan judul bab dalam Shahih Muslim, “Disunnahkan meruqyah orang sakit.” Meruqyah orang sakit yang dijenguk merupakan dengan membaca do’a di atas. Kita juga bisa ambil pembelajaran pula bahwa meruqyah itu bukan cuma pada kesurupan jin, tetapi pada penyakit lainnya bahkan bisa.

Semoga dengan kita menjenguk orang yang sedang sakit semoga bisa sehat kembali atas izin Allah. Amin
Panduan Menjenguk Orang Sakit
Cara Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam Menjenguk Orang Sakit

Kunjungan terhadap orang sakit termasuk salah satu hak seorang muslim dengan muslim lainnya. Hukumnya mustahab. Agar tiap individu tidak cuma berdaya upaya urusan pribadinya saja, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap orang lain.

Baca Juga : Doa Tolak Bala

Untuk menyemangati umat agar gemar menjalankan kegiatan sosial ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Orang yang menjenguk orang sakit akan berada di kebun-kebun surga hingga dia pulang. [HR Muslim, no. 2568].
Kunjungan terhadap orang sakit tidak terbatasi oleh sekat agama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang anak Yahudi dan pamannya, Abu Thâlib yang masih musyrik.

Dikala berkunjung, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyemangati dan menanamkan optimisme pada si sakit. Bahwa penyakit yang diderita bukan sebuah mimpi buruk. Ada rahasia Tuhan di baliknya. Dengan demikian, si sakit akan merasa lebih hening, tidak mengeluhkan takdir atau mencaci penyakit yang sedang dideritanya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur orang yang mencaci demam (alhumma ) dengan sabdanya: Janganlah engkau cela demam itu…. [HR.Muslim, 2575].

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut penyakit yang menimpa seorang muslim sebagai thahûr (pembersih dosa) atau kaffârah (pelebur dosa). Ucapan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat mengunjungi orang sakit: Tidak permasalahan, dia (penyakit ini) menjadi pembersih (dosa) insya Allah. [HR al-Bukhâri, 5656].

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membesarkan hati Ummu ‘Alâ, bibi Hizâm bin Hakîm al-Anshâri yang sedang sakit dengan berkata: “Bergembiralah, wahai Ummu ‘Alâ. Hakekatnya Allah akan mengaborsikan dosa-dosa orang yang sakit dengan penyakitnya, sebagaimana api menghilangkan kotoran-kotoran dari biji besi”. [Hadits hasan riwayat Abu Dawud, Shahîh at-Targhîb, 3438].

Dalam menjalankan kunjungan terhadap si sakit, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk berdekatan dengan arah kepala orang yang sakit. Atau meletakkan tangan di kening, wajah dan mengusap-usap dada dan perut si sakit. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan kondisinya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menanyakan seputar apa yang diinginkan oleh orang sakit itu. Sekiranya menginginkan sesuatu yang tidak berbahaya, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta seseorang untuk membawakannya. Dan sembari melekatkan tangan kanannya di tubuh orang yang sakit, beliau Shallallahu ‘alaihi wa salalm melantunkan doa (di antaranya): Saya memohon terhadap Allah Tidak Kecuali Agung, Penguasa Arsy yang agung untuk menyembuhkanmu. Dibaca tujuh kali. [Lihat Shahîh Adabil-Mufrad, 416].

Tidak ada ketentuan khusus mengenai hari maupun waktu untuk berkunjung. Kapan saja, seseorang bisa membezuk orang sakit. Akan tetapi, seyogyanya, pembezuk memilih waktu-waktu yang sesuai untuk berkunjung, agar tidak menjadi beban dan memberatkan orang yang sedang dikunjungi. Diucapkan itu, kunjungan itu hendaklah singkat saja, kecuali seandainya dikehendaki oleh si sakit, atau seandainya memberikan maslahat baginya.

Inilah panorama yang demikian itu cantik, saat kaum mukminin menyatu bak satu tubuh. Kegembiraan seorang muslim akan membuat seluruh tersenyum. Dan kesedihan satu orang saja, sudah menyebabkan seluruh orang bermuram durja. (mas)

doa agar diangkat penyakitnya oleh allah
Apakah doa orang yang sakit itu pasti dikabulkan? Sebab pernah mendengar hadis, doa mereka seperti doa malaikat. Apa benar?

Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Eksistensi dalam sebuah hadis dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, Sekiranya kamu menjenguk orang sakit, meminta dia untuk mendoakanmu. Sebab doanya seperti doa Malaikat.

Status Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dalam Amal Yaum wa lailah (hlm. 207) dan Ibnu Majah no. 1441 dari jalur Katsir bin Hisyam dariJa’far bin Burqan, dari Maimun bin Mihran, dari Umar.

Dalam as-Silsilah ad-Dhaifah ditegaskan bahwa jalur sanad hadis ini lemah sekali (dhaif jiddan), karena dua alasan:

Pertama, Terputus antara Maimun bin Mihran dengan Umar. Sebab Maimun tidak pernah mendengar dari Umar.

Kedua, bahwa antara perawi Katsir bin Hisyam dengan Ja’far bin Burqan ada satu perawi yang tidak diceritakan. Perawi itu merupakan Isa bin Ibrahim al-Hasyimi. Sehingga jalur sanad yang komplit:

Dari Katsir bin Hisyam dari Isa bin Ibrahim dari Ja’far bin Burqan. Sebab Isa bin Ibrahim menjadi cacat sanad hadis ini. Sebab para ulama mendhaifkannya. Imam Bukhari dan an-Nasai mengatakan, ‘Munkarul Hadis.’ Sementara Abu Hatim mengatakan, ‘Matrukul Hadis.’ Sebab alasan ini, Ibnul Jauzi dalam kitab al-Ilal al-Mutanahiyah mengevaluasi hadis ini dengan pernyataan: ’La yasih,’ tidak shahih.

BACA JUGA : Doa Untuk Memikat Wanita

Tidak, hadis ini merupakan hadis yang lemah sekali, sehingga tidak bisa dibuat referensi dalil.

Doa Orang Sakit itu Mustajab
Diantara doa yang mustajab merupakan doa yang dipanjatkan dari seseorang saat dalam situasi lemah, kepepet, terdesak, yang benar-benar memerlukan pertolongan dari Allah. Sebab itu, doa mereka lebih mustajab dibandingkan doa mereka yang sehat dan dalam situasi longgor. Allah berfirman,
Siapakah yang membolehkan (doa) orang yang dalam kesulitan seandainya dia berdoa terhadap-Nya, dan yang menghilangkan kesulitan.. (QS. An-Naml: 62)

Dan kita seluruh tahu, orang sakit termasuk diantara mereka. Ibnu Allan menjelaskan mengapa doa orang sakit lebih mustajab,
Sebab orang sakit termasuk orang yang terdesak. Dan doanya lebih cepat diijabahi dari pada yang lainnya. (al-Futuhat ar-Rabbaniyah, Syarh al-Adzkar an-Nawawiyah, 4/92).

Allahu a’lam.

doa untuk orang sakit supaya cepat sembuh
Ini merupakan salah satu doa yang bisa diamalkan saat anggota tubuh ada yang sakit. Ini termasuk bacaan ruqyah simpel, bisa diamalkan oleh penderita sakit itu sendiri. Misal, sakit gigi, tangan keseleo, atau kaki yang keseleo.
Pegang bagian tubuh yang sakit lalu membaca ….

بِاسْمِ اللَّهِ (3×)

أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (7×)

“Bismillah (3 x)

A’udzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7 x)”

[Dengan menyebut nama Allah, dengan menyebut nama Allah, aku berlindung terhadap Allah dan kuasa-Nya dari kejelekan yang aku temukan dan aku waspadai] (HR. Muslim no. 2202)

BACA JUGA : Primbon Jawa Pekerjaan

Cerita hadits di atas, pernah ‘Utsman bin Abu Al-Asy’ash Ats-Tsaqafi mengadukan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada sesuatu yang sakit di tubuhnya sejak dahulu dia masuk Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa di atas, sambil menyuruh dengan meletakkan tangan di bagian yang sakit pada badannya.

Imam Nawawi rahimahullah menyuarakan bahwa disunnahkan meletakkan tangan di bagian yang sakit lalu membaca doa sebagaimana yang diceritakan. (Syarh Shahih Muslim, 14: 169)

Asy Syaafii, Zat Tidak Kecuali Menyembuhkan
Di antara nama-nama Allah merupakan Asy Syaafii (الشَّافِي ). Dalil yang menampakkan hal ini merupakan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan : “ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan terhadap Allah untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa :

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

“ Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesulitan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Tidak Kecuali Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari 535 dan Muslim 2191).

Dalam hadits yang lain dari Abdul Aziz bin Shahib, beliau mengatakan : Saya dan Tsabit datang menemui Anas bin Malik , kemudian Tsabit berkata : “ Wahai Abu Hamzah (kunyah dari Anas bin Malik), aku tersengat hewan. Anas mengatakan : “ Maukah kamu aku bacakan ruqyah dengan ruqyah yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Tsabit berkata : “Tentu”. Kemudian Anas bin Malik membaca doa :

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, مذْهِبِ الْبَأْس, اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

“ Ya Allah, Rabb manusia Tidak Menghilangkan kesulitan, berilah kesembuhan, Engkaulah Zat Tidak Kecuali Menyembuhkan. Tidak ada yang sanggup menyembuhkan kecuali Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari 541).

Makna Asy Syaafii
Makna dari Asy Syaafii merupakan Zat yang sanggup memberikan kesembuhan, baik kesembuhan penyakit hati maupun penyakit jasmani. Kesembuhan hati dari penyakit syubhat, keragu-raguan, hasad, serta penyakit-penyakit hati lainnya, dan juga kesembuhan jasmani dari penyakit-penyakit badan. Tidak ada yang sanggup memberikan kesembuhan dari penyaki-penyakit hal yang demikian kecuali Allah Ta’ala. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang berasal dari-Nya. Tidak ada yang sanggup menyembuhkan kecuali Sebab. Contohnya ini seperti dikatakan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam dalam Al Qur’an :

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan seandainya aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80). Maksudnya, Allah semata yang memberikan kesembuhan, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam memberikan kesembuhan. Oleh karena itu seharusnya bagi hamba memiliki keyakinan yang mantap bahwasanya tidak ada yang sanggup menyembuhkan kecuali Allah.

BACA JUGA : Cara Menentukan Hari Pernikahan Menurut Primbon

Dalam doa Nabi (اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ) terdapat tawasul terhadap Allah dengan keumuman rububiyah Allah terhadap seluruh manusia. Dengan penciptaan makhluk, pengontrolan seluruh urusan mereka, serta pergantian yang terjadi pada mereka. Di tangan Allah Ta’ala kehidupan dan kematian, sehat dan sakit, kaya dan miskin, serta kuat dan lemah. Semuanya berada dalam pengontrolan Allah Ta’ala dalam rububiyah-Nya.

Dalam doa Nabi (أَذْهِبِ الْبَأْسَ) maksudnya merupakan hilangkanlah penyakit dan kesulitan. Dalam lafadz yang lain dari sahabat Anas bin Malik (اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, مذْهِبِ الْبَأْس). Contohnya ini merupakan tawasul terhadap Allah Ta’ala bahwasanya cuma dialah yang menghilangkan kesulitan. Walaupun tidak akan sirna dari seorang hamba kecuali dengan izin dan kehendak Allah Ta’ala.

Dalam doa Nabi (وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي) terdapat permohonan kesembuhan terhadap Allah, merupakan kesehatan dan keselamatan dari penyakit. Bertawasul terhadap Allah dengan nama Allah Asy Syaafii yang agung ini menampakkan keesaan Allah dalam memberikan kesembuhan, dan bahwasanya kesembuhan berasal dari-Nya.

Dalam doa Nabi (لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ) merupakan penegas untuk keyakianan seorang hamba dan agar lebih mengokohkan iman, serta pengulangan bahwasannya kesembuhan tidak bisa terjadi kecuali dari Allah. Pengobatan yang dijalankan seorang hamba seandainya Allah tidak membolehkan untuk memberikan kesembuhan dan kesehatan tidak akan memberikan manfaat sedkitpun.

Dalam doa Nabi (لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا) maksudnya tidak tersisa penyakit dan tidak meninggalkan cacat.

Berobat Tiap-tiap Sakit, Apakah Bertentangan dengan Tawakal?
Keimanan dan keyakinan bahwasannya yang sanggup menyembuhkan hanyalah Allah semata bukan berarti menjadi penghambat seorang hamba untuk mengambil karena kesembuhan dengan menjalankan pengobatan. Terdapat banyak hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seputar instruksi untuk berobat dan penyebutan seputar obat-obat yang berkhasiat. Contohnya hal yang demikian tidaklah bertentangan dengan tawakal seseorang terhadap Allah dan keyakinan bahwasanya kesembuhan berasal dari Allah Ta’ala.

Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

“ Direkomendasikan penyakit ada obatnya. Sekiranya sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim 2204)

Dalam hadits yang lain dari sahabat Abu Hurairah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurukan suatu penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya” HR Bukhari 5354).

Bahkan pula dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya, dari Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : “Saya berada di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datang seseorang dan berkata : “ Ya Rasulullah, apakah aku perlu berobat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdabda :

نَعَمْ يَا عِبَادَ اللَّهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غير داء واحد قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُوَ قَالَ الْهَرَمُ

“ Ya. Wahai hamba Allah, berobatlah ! Hakekatnya Allah tidak memberikan penyakit, kecuali Allah juga memberikan obatnya, kecuali untuk satu penyakit. Orang hal yang demikian bertanya : “Ya Rasulullah, penyakit apa itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Penyakit tua”

Dalam riwayat lain diceritakan :

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُشِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ و جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

“ Hakekatnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya. Ada orang yang mengenal ada pula yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad 4/278 dan yang lainnya, shahih)

Hadits-hadits di atas mengandung penetapan antara karena dan pemberi karena, serta terdapat instruksi untuk berobat, dan hal hal yang demikian tidaklah menghapuskan tawakal seseorang terhadap Allah. Hakekat tawakal terhadap Allah merupakan bersandarnya hati terhadap Allah dalam usaha menerima mafaat dan menghindar dari mudharat baik perkara dunia maupun akherat. Penyandaran hati hal yang demikian seharusnya disertai juga dengan mengambil karena. halnya untuk menghilangkan rasa lapar dan haus dengan makan dan minum tidak menghapuskan iman dan tawakal, demikian pula menghilangkan sakit dengan berobat juga tidak menghapuskan tawakal seorang hamba. tidak sempurna hakekat tawakal seseorang sehingga dia mengambil karena yang diperbolehkan secara syar’i maupun kauni. Tidak mengambil karena dalam bertawakal merupakan cacat dan celaan terhadap tawakal itu sendiri.

BACA JUGA : Manfaat Dan Kegunaan Samber Lilin

Dalam sabda Nabi (لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ) merupakan penguat motivasi bagi orang yang sakit maupun dokter atau orang yang memberikan pengobatan, sekaligus dorongan untuk mencari pengobatan. Termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan beliau berobat untuk diri beliau sendiri, dan juga memerintahkan keluarga dan temannya untuk berobat saat sakit. Silakan melihat petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih luas dalam pembahasan dalam pasal “ At Tibbun Nabawi” dalam kitab “Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad” karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullah.

Catatan Penting
Ada hal-hal yang seharusnya diamati seorang hamba dalam mengambil karena, merupakan :

yang diambil merupakan karena yang sudah ternyata secara kauni dan atau syar’i. Maksudnya ternyata secara kauni merupakan berdasarkan kebiasaan atau berdasarkan penelitian karena hal yang demikian bisa berakibat. makan karena bisa kenyang, minum karena hilangnya dahaga, minum obat penurun panas bisa meredakan demam, dan sebagainya. Adapun maksud ternyata secara syar’i merupakan karena hal yang demikian sudah diceritakan dalalm Al Qur’an maupun hadits yang shahih. , ruqyah bisa menyembuhkan penyakit, bekam bisa diaplikasikan untuk pengobatan, dan lain-lain.
Seseorang tidak bersandar terhadap karena yang dia ambil, akan tetapi seharusnya bersandar terhadap pemberi karena, merupakan Allah Ta’ala.
Seorang seharusnya mengenal dan meyakini, padahal karena yang sudah diambil memiliki pengaruh yang kuat dan besar, tetapi semuanya terjadi cuma dengan izin Allah Ta’ala. yang memeriksa dia merupakan dokter yang paling pakar dan obat yang dia minum merupakan obat yang paling manjur, seluruh itu tidak akan berakibat tanpa izin Allah Ta’ala.
Ketiga hal di atas berlaku dalam seluruh hal yang kita lakukan. aktifitas kita tidak terlepas dari mengambil karena, baik itu untuk meraih manfaat yang kita inginkan atau menghindari mudharat seperti saat berobat agar sembuh dari penyakit, berprofesi mencari rezeki, usaha menerima anak, dan lain sebagainya.

Pembahasan ini kami sarikan dari penjelasan seputar nama Allah Asy Syaafii yang terdapat dalam kitab Fiqhul Asmaail Husna karya Syaikh ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr hafidzahumallah disertai sebagian tambahan keterangan. Ada sebagian faedah yang bisa kita simpulkan dari pembahasan di atas :

Termasuk di antara nama-nama Allah merupakan Asy Syaafii yang artinya Zat Tidak Kecuali Menyembuhkan
Allah Zat Tidak Kecuali Menyembuhkan seluruh penyakit, baik penyakit hati maupun penyakit jasmani.
untuk mendoakan orang yang sakit sesuai dengan doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
bertawasul dengan menyebut nama Allah Ta’ala, bahkan hal ini dianjurkan karena Nabi acap kali berdoa dengan menyebut nama-nama Allah.
Seseorang diperbolehkan berobat tatakala sedang sakit, dan hal ini tidaklah menghapuskan tawakal seorang hamba. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang sakit untuk berobat.
Seseorang yang berobat atau periksa ke dokter hendaknya hatinya konsisten bersandar terhadap Allah dalam menginginkan kesembuhan dan tidak bersandar terhadap obat yang dia minum atau dokter yang memeriksanya.
Seorang dokter atau praktisi pengobatan merupakan cuma sebagai karena, padahal yang sanggup menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala. Tidak sepantasnya dia pongah tatkala sukses menyembuhkan pasiennya.
pembahasan yang ringkas ini, semoga berkhasiat. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

Doa Orang Sakit yang Tidak Ada Lagi Untuk Hidup
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى

“Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku dan pertemukan aku dengan Kekasih Tidak Kecuali .” (HR. Bukhari: 7/10, Muslim: 4/1893)