Doa Sapu Jagad Lengkap : Memohon Ampun Kepada Allah

7 min read

Doa Sapu Jagad

Bacaan Doa Sapu Jagat Arab, Latin Dan Artinya

Doa Sapu Jagad – Mungkin banyak diantara kita bertanya mengapa doa yang terdapat pada ayat hal yang demikian diberikan oleh masyarakat Indonesia dengan nama Doa Sapu Jagat, yang mana istilah sapu jagat sendiri tak ada di Negara Negara lainnya. hal yang demikian bermakna Doa yang singkat dengan meliputi seluruh kebaikan yang bernilai ibadah atau menyapu seluruh doa yang baik bagi kelangsungan di Dunia dan di Akhirat.

Di tengah malam yang sunyi pada (H-8) dari 10 pertama zul-Hijjah 1433 H; penulis duduk ber-khalwat di depan komputer mendalami ayat ke-200 dari surah al-Baqarah – ayat kajian ini… Tanpa menghiraukan alam sekitar termasuk serbuan nyamuk-nyamuk yang mengganas di teras rumah Tembaga I – Jakpus, selain hanya sibuk berdebat dengan jiwa sendiri. Lalu datang kepada penulis sebuah bisikan, yang bahkan hanya membawa khayalan kian larut dan penasaran. Salah satu pertanyaan yang menggelitik di benak: “Apakah seandainya seandainya sudah terbuka tabir penglihatanku, maka apakah saya memandang Allah SWT?

Kemudian saya menjawab: Tentu saja dapat, tapi tubuh manusiawiku masih sungguh-sungguh lemah kini, dan tidak mempunyai kekuatan untuk memandang Allah, maka saya bahkan bertanya lagi pada diri ini; apakah seandainya kita sudah melampaui semua batas kemustahilan, apakah kita memandang Allah? Kembali saya jawab sendiri; tentu saja dapat memandang Allah! Dan berikutnya,,,?!

Tiba-tiba terbetik di dalam benak penulis sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman:
Artinya: “Aku berada pada pemikiran hamba-Ku kepada-Ku; Aku bersamanya saat dia mengingat-Ku; seandainya dia mengingat-Ku dalam jiwanya, Aku bahkan mengingatnya dalan diri-Ku; seandainya dia mengingat dan menyebut-Ku dihadapan orang banyak, Aku bahkan menyebutnya dihapadan komunitas yang lebih bermutu; seandainya dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sedepah; seandainya dia datang kepada-Ku berjalan, Aku mendatanginya berlari” (Hadits Qudsi).

Masih saja pikiranku terbawa oleh kalimat-kalimat hadits di atas – meskipun penulis tidak pernah memandang sebelumnya bahkan perawinya bahkan tidak tau – lalu saya bergumam lagi pada jiwaku, saya kini berzikir menyebut Allah dalam diriku, apakah Allah mengingatku dalam diri-Nya yang Maha suci?! Karenanya spontan dan yakin saya menegaskan tentu saja Allah SWT mengingatku kini, bukankah

Lafadz Doa Sapu Jagat Arab, Latin dan Artinya

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Doa Sapu Jagad

Latinnya: RABBANAA AATINAA FIDDUN YAA HASANAH, WA FIL AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA ‘ADZAA BAN NAAR.

Artinya : Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksaan api neraka.

Dia sudah berfirman: “Karenanya ingat-lah kepada-Ku niscaya Aku mengingatmu, dan bersyukurlah kepada-Ku serta janganlah kufuri (ni’mat-Ku)”. (Ayat al-Quran).
Mengingat Allah Selesai Prosesi Manasik Haji dan Umrah:
Allah berfirman:
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا
Artinya: “Sekiranya kamu sudah memecahkan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu,,,” (QS: 02: 200)

Ayat ini menyimpulkan dari keterangan-keterangan ayat sebelumnya, yaitu: “Sekiranya kamu sudah bertolak dari Arafah.

Kemudian kamu bertolak dari tempat orang-orang bertolak (Muzdalifah)”, lalu menuju ke Mina melontar jamrah Aqabah pada pagi hari waktu Dhuha, tanggal 10 zul-Hijjah, selanjuntnya menuju ke tempat penyembelihan kurban, seterusnya berangkat ke Baitullah melakukan tawaf, sa’i dan tahallul, maka selesai sudah rangkaian prosesi manasik haji. Karenanya sudah dihalalkan semua apa yang sudah menjadi larangan ihram, selain terkait suami isteri.

Kemudian kembali lagi ke Mina untuk mabit selama hari-hari tasyriq (11-12-13 zul Hijjah), dan melontar tiga jumrah selama hari-hari itu, khusus melontar jamrah pada hari-hari tasyriq ini akan lebih dirincikan nanti pada ayat berikut.

Dengan demikian, maka sudah selesai semua semua prosesi manasik haji dan dihalalkan semua larangan ihram termasuk terkait suami isteri yang shah. Oleh karena itu ayat ini membeberkan seandainya kamu sudah memecahkan semua manasik itu, maka hendaklah kamu memperbanyak zikir menyebut Allah.

Dan memang itulah tujuan utama melakukan ibadah haji, untuk lebih men-shaleh-kan diri sesudah sekitar 70 hari lamanya kita digembeleng dalam penataran pengajaran haji di tanah suci.

Jadi haji bukanlah pajangan dan penggenjot status sosial yang membikin seorang pemegang lisensi haji kian sombang, tapi seorang haji dituntut lebih bijaksana, shaleh, tawadhu, dan sensitif sosial sesudah pulang dari menunaikan ibadah haji hal yang demikian, sebagai tolak ukur dari ke-mabrur-an haji kita, karena haji mabrur tiada lain balasannya selain surga.

Karenanya ayat ini memerintahkan sesudah pulang dari menunaikan ibadah haji, hendaklah melipat gandakan zikir menyebut Allah lebih dari sebelum menunaikan haji, sebagaimana firman Allah:

فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا

Artinya: “maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu,,,”
Ayat ini diwariskan untuk mencela kultur buruk bangsa Arab jahiliyah, di mana di dalam riwayat disebutkan, bahwa mereka seandainya sudah bertolak dari Arafah memecahkan hajinya, mereka bersombong ria membangga-banggakan kebesaran nenek moyang mereka, oleh karena itu Islam mengutuk keras tindakan seperti itu, sebaliknya justru dituntut untuk lebih rendah hati dan senantiasa memperbanyang zikir menyebut Allah lebih dari sekadar menyebut-menyebut kepahlaanan nenek moyang yang sudah tiada. (Lihat: Riwayat Ibn Abbas).

Do’a Popular dan Mustajab:

Allah berfirman:
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ (٢٠٠) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (٢٠١) أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (٢٠٢)

Artinya: “maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Kuasa kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat; Dan di antara mereka ada orang yang berdoa : “Ya Kuasa kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksaan neraka”; Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian ketimbang yang mereka usahakan, dan Allah sungguh-sungguh kencang perhitungan-Nya” (QS: 02: 200 – 202);

Masih dalam kaitan ayat sebelumnya, yaitu Allah SWT memerintahkan kepada semua umat Islam, lebih-lebih kepada mereka yang sedang melakukan manasik haji di tanah suci supaya memperbanyak zikir menyebut Allah SWT; mulai dari ihram, saat berada di Arafah, bertolak ke Muzdalifah, Mina dan di semua tempat-tempat di masy’aril haram lainnya hendaklah tidak stop dari berzikir menyebut Allah sebanyak-banyaknya.

Malahan sampai selesai melaksakan manasik haji dan sudah pulang ke tanah air bahkan masih diperintahkan untuk memperbanyak zikir, karena zikir yaitu kalimat yang sungguh-sungguh indah, dan olah pikir yang paling menentramkan jiwa, Allah berfirman: “Cuma dengan berzikir mengingat Allah yang dapat menenangkan hati”.

Baca Juga: Manfaat Ayat Kursi Untuk Pengasihan Jodoh Dan Menyembuhkan Penyakit

Ayat kajian ini membeberkan bahwa do’a yaitu komponen yang tidak terpisahkan dari zikir, bahkan termasuk salah satu zikir yang utama yaitu berdoa memohon kepada Allah SWT. Oleh karena itu ayat di atas mengajarkan doa yang paling utama dipanjatkan oleh seorang muslim yaitu memohon keberkatan di dunia dan akhirat secara setara, tidak meluluh minta kesejahteraan di dunia lalu kelak akan menderita di akhirat, sebagaimana firman Allah: “maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Kuasa kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat”.

Tetapi justru doa yang paling idial dan mustajab yaitu berdoa untuk kebaikan di dunia, sejahtera di akhirat dan terbebas dari api neraka: “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Kuasa kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksaan neraka”; Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian ketimbang yang mereka usahakan, dan Allah sungguh-sungguh kencang perhitungan-Nya”.
Untuk membeberkan lebih konkrit ayat ke 200-202 dari surah al-Baqarah, ayat kajian ini, mari kita simak firman Allah SWT yang lain:

Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Artinya: “Dan carilah pada apa yang sudah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniwi,,,” (QS: 28: 77).

Pertama: Kehidupan Akhirat Merupakan Tujuan:
Allah SWT berfirman: “Dan carilah pada apa yang sudah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat”.

Di sini tampak jelas bahwa yang harus kita kejar yaitu kebahagiaan hidup akhirat. Kenapa? Karena di sanalah kehidupan kekal. Tak ada mati lagi sesudah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: “Dan sebenarnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya” (QS. 29: 64).

Lalu, apa arti kita hidup di dunia?… Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat station, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditetapkan, sesudah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan selajutnya. Sekiranya demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk kebutuhan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah umur kita dalam sehari, dapat dikatakan hanya sebagian persen saja yang kita pakai untuk persiapan akhirat. Selebihnya dapat dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia.

Coba kita ingat enak Allah yang tidak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tetapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah stop. Kedipan mata yang tidak terhitung berapa kali dalam sehari, senantiasa kita nikmati. Tetapi kita sengaja atau tidak senantiasa melupakan hal itu. Kita kerap gampang berterima beri kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanja kita dengan enak-nikmatNya, kita kerap kali memalingkan memori. Kesudahannya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan senantiasa menghabiskan waktu kita.

Orang-orang bijaksana mengatakan bahwa dunia ini hanyalah kebutuhan emergensi saja, ibarat Kamar dan kamar mandi dalam sebuah rumah, WC disiapkan semata sebagai kebutuhan darurat. Karenanya maka dari penghuni rumah itu akan mendatangi Kamar atau kamar mandi seandainya perlu, sesudah itu ditinggalkan. Karenanya sungguh sungguh-sungguh aneh seandainya ada seorang yang sangat di Kamar sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah itu. Seperti juga sebenarnya sungguh-sungguh tidak wajar seandainya manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sementara akhirat sangat.

Kemudian bagaimana mensinkronkan atau menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat? Mari kita ikuti tidak ke dua sebagai sambungan penjelasan ayat di atas.
Kedua: Berupaya Membetulkan Kehidupan Dunia:
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi “;

Merupakan, bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk senantiasa seandainya menggapai kebahagiaan akhirat, tapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meski kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tapi tetaplah penting dan supaya tidak dilupakan, tapi dunia yaitu ladangnya akhirat.

Masa depan — termasuk kebahagiaan di akhirat — kita, sungguh-sungguh yaitu pada apa yang diusahakan kini di dunia ini. Allah sudah bergantung dunia dan seisinya yaitu untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga sudah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk sudah siapa yang paling menjadikan amalnya, siapa yang paling menjadikan hati dan niatnya.

Allah mengingatkan perlunya manusia untuk mengelola dan memenege dunia ini dengan sebaik-mengetahui, untuk kepentingan kehidupan manusia dan keturunannya. Pada saat yang sama Allah juga menegaskan perlunya senantiasa bagusnya menjadikan kepada orang lain dan tidak bagusnya kerusakan di muka bumi. Allah mengingatkan: ”Tidakkah kalian kepada bahwa Allah sudah menurunkan untuk kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian enak-Nya lahir dan batin” (QS. 31: 20).

Untuk mengelola dan menggarap dunia dengan sebaik-mengetahui, maka manusia enak bagusnya persiapan, sarana maka prasarana yang memadai. Karena itu maka manusia perlu maupun ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya keterampilan yang mencukupi dan profesionalisme yang akan karena dalam maka pengelolaan hal yang demikian.

Meski demikian, karena adanya sunatullah, hal yang demikian tapi dan karena, tidak semua manusia pada posisi dan kecenderungan yang sama. Karena itu manusia apa bahkan; pangkat, kedudukan dan status sosial ekonominya tidak boleh menganggap karena bahkan apa bahkan, yang sudah diusahakan manusia. Allah sendiri sungguh tidak bahkan penampakan duniawiah atau sudah manusia. Sebaliknya Allah menghargai usaha apa bahkan, sekecil apa bahkan atau sehina apa bahkan bahkan pandangan manusia, sepanjang bahkan secara profesional, menjadikan, tidak merusak dan bahkan semata-mata karena Allah.

Allah hanya bahkan karena, kesungguhan dan hanya seorang hamba dalam mengusahakan urusan dunianya secara benar. Allah SWT menegaskan bahwa: ”Sebetulnya Allah tidak akan ambisi kedudukan suatu kaum, sehingga kaum itu ambisi tidak, kedudukan yang ada pada diri mereka sendiri (mengubah kerja keras dan kesungguhannya” (QS. 13: 11).

Allah juga mengingatkan manusia karena watak yang seringkali serakah, egois/sifat ananiyah dan keakuhannya, supaya dalam mengelola dunia jangan sampai merugikan orang lain yang hanya akan supaya permusuhan dan pertumpahan darah (perang) antar sesamanya. Manusia seringkali karena keserakahannya hanya untuk menimbulkan kekayaan dan harta benda, kekuasaan, pangkat dan kehormatan dengan tidak memandang atau mempunyai hak-hak Allah, rasul-Nya dan hak-hak manusia lain. Karena itu Allah mengingatkan bahwa selamanya manusia akan memandang dan merugi, seandainya tidak diabaikan hubungannya dengan Allah ‘hablun minallah’ dan dengan sesamanya-manusia ‘hablun minannaas’.

Inilah landasan yang penting bagi terciptanya harmonisme kehidupan masyarakat. Dia juga yaitu landasan penting dan membetuli masyarakat yang bermartabat dan berperadaban menuju terciptanya masyarakat madani yang dia, adil, dan makmur.
Nafar Awal dan Nafar Tsani:

Allah berfirman:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (٢٠٣)

Artinya: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam sebagian hari yang berbilang, barangsiapa yang tenteram kencang berangkat (dari Mina) sebagian dua hari, maka tiada dosa baginya, dan barangsiapa yang tenteram menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS: 02: 203)

Allah SWT menegaskan kembali untuk kamu berzikir dan berdoa, kali ini di khususkan pada hari-hari tasyriq di Mina (11-12-13 zul-Hijjah), saat melontar tiga jumrah selama hari-hari tasyriq itu hendaklah memperbanyak zikir menyebut Allah, yaitu setiap melontarkan satu biji batu pada ketiga jumrah hal yang demikian maka bacalah “Allahu Akbar”, yaitu tujuh kali pada setiap jumrah maka semuanya 21 kali melontar dan menyebut takbir.

Jadi yaitu semuanya yaitu (21 lontaran x 3 hari) + (7 kali di jumrah aqabah sebelumnya), maka jumlah zikir (Allahu Akbar) paling minimal yang kita sebutkan selama di Mina yaitu 70 kali (bagi nafar tsani), atau 49 kali (bagi nafar yaitu). Adapun penjelasan nafar yaitu dan nafar tsani, sebagai berikut:

Allah berfirman:
فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (٢٠٣)

Artinya: “barangsiapa yang tenteram kencang berangkat (dari Mina) sebagian dua hari, maka tiada dosa baginya, dan barangsiapa yang tenteram menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.”

Merupakan, jamaah haji kamu memilih antara nafar yaitu dan nafar tsani, bagi yang memilih nafar yaitu maka mereka melontar di Mina hanya dua hari saja (11 dan 12 zul-Hijjah), tapi dengan maka mereka sudah harus meninggalkan syarat Mina sebelum Maghreb, sudah waktu Maghreb masih berada di Mina juga maka mereka harus mengambil nafar tsani, yaitu melontar ketiga jumrah lagi maka harinya.