Hari Baik Pindah Rumah Menurut Islam Dan Primbon Jawa

4 min read

Hari Baik Pindah Rumah

Tips Memilih Hari Baik Pindah Rumah Menurut Islam Dan Primbon Jawa Lengkap

Hari Baik Pindah Rumah – Dalam kepercayaan leluhur zaman dahulu, pindah rumah tidaklah sekedar dianggap sesuatu yang simpel. Pindah rumah berdasarkan adat istiadat Jawa, bukan berarti hanya memindahkan perabotan rumah tangga dari suatu daerah ke daerah lain, namun juga bisa dianggap sebagai berpindahnya seluruh relasi pemilik rumah dengan keadaan spiritualis dirinya ke daerah yang berbeda.

Sebab hal itu, karenanya dikala seseorang hendak pindah rumah atau kontrakan sekalipun, karenanya ia diwajibkan untuk memilih tanggal dan hari yang baik untuk mulai mengangkut barang perabotannya. Kalau tak, bisa saja ia akan memilih hari pindah rumah yang akan membuatnya mengalami banyak kesulitan dikala sudah menempati rumah barunya, seperti terserang penyakit, kesulitan rezeki, kehidupan rumah tangga yang rusak, hingga kematian.

Tertib adat yaitu pencerminan dari kepribadian suatu bangsa, dan salah satu penjelmaan dari jiwa dan bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. Dalam hal ini bangsa Indonesia yaitu bangsa yang mempunyai pelbagai jenis corak adat dari sabang hingga merauke. Tertib adat di Indonesia lahir dan dipelihara oleh keputusan-keputusan para masyarakat terdahulu yang dilaksanakan secara turun temurun dan menjadi adat istiadat bagi suatu masyarakat adat tertentu, hingga beberapa orang memahami bahwa peraturan adat yaitu peraturan yang sudah mendarah daging.

Tapi pada hakikatnya peraturan adat tak bisa diberlakukan secara positive bagi seluruh kawasan yang ada di Indonesia, karena secara teritorial dan history setiap daerah di indonesia mempunya adat istiadat adat yang berbeda.

Salah satu sistem Tertib adat yang masih dilaksanakan oleh beberapa masyarakat Indonesia yaitu adat kejawen oleh orang jawa. Dalam era moderenisasi memang susah dipercayai bahwa peraturan adat masih berlaku, namun bagi beberapa orang jawa peraturan adat atau peraturan-peraturan kejawen masih dipercayai dan dilaksanakan dikala mengawali pelbagai jenis aktivitas.

Orang jawa percaya bahwa ada hari-hari baik untuk melaksanakan atau mengawali aktivitas dan tak sembarang hari dipilih untuk cara kerjanya. Susah dipercaya kalau kepercayaan yang dikuasai orang jawa mengatakan bahwa kalau tak layak dengan perhitungan kalender jawa maupun tak memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakan mulainya aktivitas karenanya orang hal yang demikian akan mengalami petaka. Tertib kejawen yang dipercayai orang jawa tidaklah lepas dari hal-hal mistis yang susah dipercayai di era ini, namun pada kenyataanya hal ini masih terjadi di masyarakat pada biasanya.

Dalam Perkembangannya Tertib adat kejawen tak hanya membatasi Pernikahan, usaha, hajatan besar atau lainnya. Tertib kejawen juga membatasi setiap apa yang dilaksanakan manusia, peraturan yang ada dalam adat jawa mempunyai filosofi dan makna yang amat amat mendalam. Tuhan seluruh orang memahami apa makna yang terkandung dari suatu ritual-ritual yang dilaksanakan, beberapa orang jawa hanya melaksanakan dan melaksanakan syarat-syarat atau ritual tanpa memahami secara mendalam maknanya, karena dipercayai hanya sebagai syarat untuk menerima keslamatan dan keridhoan dari Tuhan Berdasarkan Berdasarkan Esa.

Dalam berdagang orang jawa mempunyai prediksi khusus untuk menempuh berhasil atau menerima dampak nasib yang baik, sehingga menjadikan rezekinya gampang. Diantaranya petungan hal yang demikian sebagai berikut : Dalam pustaka kejawen terdapat pelbagai sistem dan keyakinan turun-temurun yang mesti dilaksanakan orang yang akan melaksanakan aktivitas atau usaha perdagangan. Untuk mengawali suatu usaha perdagangan orang jawa perlu memilih hari baik, diyakini bahwa bermula dari hari baik perjalanan usahapun akan membuahkan hasil maksimal, terhindar dari kegagalan.

Kalau spesialis ilmu kejawen abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta, Ki KRM TB Djoko MP Hamidjoyo BA bahwa berdasarkan realita supranatural, menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu dipandang. Prediksi berdasarkan primbon perlu dipandang padahal tak sepenuhnya diyakini. Kalau Kitab Tafsir Jawi, dina pitu pasaran lima masing-masing hari dan pasaran karakter baik. Kalau hari dan pasaran hal yang demikian menyatu, tak secara otomatis menjadikan karakter baik. Tuhan juga dengan bulan suku, mangsa, tahun dan windu, masing-masing mempunyai karakter baik kalau bertepatan dengan hari atau pasaran tertentu.
Golek dina becik (mencari hari yang baik) untuk mengawali usaha dagang pada sebetulnya yaitu mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan mangsa yang menjadikan penyatuan karakter baik. Seumpama pada hari rebo legi mangsa kasanga tahun jimakir windu adi yaitu penyatuan anasir waktu yang mengahasilkan hal baik.
Tidak karya akan berhasil layak dengan kodrat, kalau dilaksanakan dalam keadaan waktu yang netral dari pencemaran, sengkala maupun sukerta. Manusia dikasih kesempatan oleh Tuhan untuk beriktiar menanggulangi sukerta dan sengkala dengan melaksanakan wiradat. Seumpama dengan ruwatan atau dengan ajian rajah kalacakra, sehingga kejadian buruk tak akan terjadi.
Berdasarkan hanya dalam mengawali usaha, adat jawa juga membatasi tentang tata sistem dan syarat- syarat untuk pindah rumah, salah satunya yaitu dengan memilih hari dan wetonya. Total ini dipercayai akan membawa peruntungan yang lebih baik. Berikut ini yaitu tata sistem penanggalan jawa untuk pindah:

ü Total dari pemilihan hari:
Senin = 4 PON = 7
Selasa = 3 WAGE = 4
Rabu = 7 KLIWON = 8
Kamis = 8 LEGI = 5
Jumat = 6 PAHING = 9
Sabtu = 9
Kalau = 5
ü Diperhitungakan yaitu Bulan Jawa, yaitu :

  1. Bulan Sura = tak baik
  2. Bulan Sapar = tak baik
  3. Bulan Mulud (Rabingulawal) = tak baik
  4. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir) = baik
  5. Bulan Jumadilawal = tak baik
  6. Bulan Jumadilakir = kurang baik
  7. Bulan Rejeb = tak baik
  8. Bulan Ruwah (Sakban) = baik
  9. Bulan Pasa (Ramelan) = tak baik
  10. Bulan Sawal = amat tak baik
  11. Bulan Dulkaidah = cukup baik
  12. Besar = amat baik

Metode perhitungan diatas, bulan yg baik yaitu : Bakdamulud, Ruwah, Dulkaidah, dan Besar.

Langkah berikutnya yaitu menghitung jumlah hari dan pasaran dari suami serta istri.

*Suami = 29 Agustus 1973
– Rabu = 7
– Kliwon = 8
– Neptu (Mendapatkan) = 15
*Istri = 21 Desember 1976
– Selasa = 3
– Kliwon = 8
– Neptu (Mendapatkan) = 11

Jumlah Neptu Suami + Istri = 15 + 11 = 36

ü Langkah ketiga, menghitung Pancasuda.

Jumlah ((Neptu suami + Neptu Istri + Hari Pindahan/Pendirian Rumah) : 5). Tidak selisihnya 3, 2, atau 1 itu amat baik. Bagus ini disebut PANCASUDA.

PANCASUDA :

  1. Sri = Rejeki Melimpah
  2. Lungguh = Bagus Derajat
  3. Gedhong = Kaya Harta Benda
  4. Lara = Sakit-Sakitan
  5. Pati = Mati dalam arti Luas

Lalu mengurutkan angka hari pasaran mulai dari jumlah yang paling kecil yaitu (selasa (3) + wage (4) = 7), hingga hingga jumlah yang paling besar yaitu (Sabtu (9) + Pahing (9) = 18.

Baca Juga: Cara Menghitung

7 + 36 = 43 : 5 sisa 3 = Cukup Bagus
8 + 36 = 44 : 5 sisa 4 = Tuhan Bagus
9 + 36 = 45 : 5 sisa 5 (yg habis dibagi 5 dianggap sisa 5) = Jelek Sekali
10 + 36 = 46 : 5 sisa 1 = Bagus Sekali
11 + 36 = 47 : 5 sisa 2 = Bagus
12 + 36 = 48 : 5 sisa 3 = Cukup Bagus
13 + 36 = 49 : 5 sisa 4 = Tuhan Bagus
14 + 36 = 50 : 5 sisa 5 = Jelek Sekali
15 + 36 = 51 : 5 sisa 1 = Bagus Sekali
16 + 36 = 52 : 5 sisa 2 = Bagus
17 + 36 = 53 : 5 sisa 3 = Cukup Bagus
18 + 36 = 54 : 5 sisa 4 = Tuhan Bagus

Dari paparan hal yang demikian diketahui hari baik untuk mendirikan rumah tinggal, khusus bagi pasangan suami–istri yang hari-pasaran-lahir keduanya berjumlah 36 yaitu :
Terbaik 1 :
a. hari-pasaran berjumlah 10 ( Selasa Pon, Jumat Wage dan Kalau Legi)
b. hari-pasaran berjumlah 15 (Rabu Kliwon, Kamis Pon dan Jumat Pahing)
Terbaik 2 :
a. hari-pasaran berjumlah 11 (Senin Pon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan Jumat legi)
b. hari-pasaran berjumlah 16 (Rabu Pahing, Kamis Kliwon dan Sabtu Pon)
Terbaik 3 :
a. hari-pasaran berjumlah 7 (Selasa Wage)
b. hari-pasaran berjumlah 12 (Senin Kliwon, Selasa Pahing, Rabu Legi, Kamis Wage dan Kalau Pon)
menghitung penanggalan yang baik untuk pindah masyarakat jawa juga melaksanakan ritual-ritual baca doa dan memberikan sesajen, sesajen disini diistilahkan bukan untuk mahkluk mistis namun dihasilkan syarat untuk menjelang rumah .Sesaji yaitu benda yang di siapkan pada suatu daerah tertentu dengan tujuan tertentu, misal untuk keselamatan dan sebagainya.

Ritual yang dilaksanakan bisa disebut juga Tasyakuran untuk acara slup-slup an rumah atau menjelang rumah untuk kali pertama karena akan ditempati. Untuk mengerjakannya biasanya orang jawa mempersiapakan nasi kotak untuk dibagikan tetangga terdekat. Kemudian biasanya dalam acara pindah rumah orang jawa akan mempersiakan tumpeng untuk selametan, tumpeng yaitu syarat yang khususnya untuk slametan pindah rumah, kemudian dilengkapi oleh jajanan pasar, bubur merah, dan bubur putih, menyiapkan kuliner ayam yang baru saja disembelih.

Berdasarkan lupa pula orang jawa akan mempersiapkan Ubo rampe yang berupa tiker, lampu teplok dan kwali, juga bumbu- bumbu dan bahan kuliner tersusun sudah. Kemudian dibentuk dan dibereskan layak dengan adat jawa yaitu : beras di masukan ke kwali penuh, dan bawang merah, bawang putih juga cabe , garam, gula dalam plastik yang berbeda kemudian dibereskan di atas kwali yang berisi beras tadi, dengan alas tiker pandan kecil dan lampu teplok yang di nyalakan serta kendi yang berisi air.

Baca Juga: la ilaha illa anta

-syarat yang dilaksanakan mempunyai makna agar kedepan nya si pemakai rumah akan mendapatkan rejeki yang terus dan tak pernah putus, dapur yang diibaratkan menggunakan kwali diharapkan agar senantiasa ada yg di masak (sandang pangannya terpenuhi), lampu teplok menggambarkan agar si empu rumah senantiasa dalam pikiran jelas dan mendapatkan rejeki dengan gampang, air simbol ke”adem”an, agar rumah hal yang demikian dalam keadaan tentram, bunga sebagai simbol agar rumah hal yang demikian mempunyai nama harum di lingkungan. Air kendi yang sudah di persiapkan itu kemudian di tuang ke beberapa sisi ruang dan juga jalan masuk rumah atau pintu agar rejeki nya lumintu dan rumah menjadi daerah paling menentramkan.

Baca Juga: Primbon Ramalan

Meyeluruh Tertib adat jawa bisa tergolong membatasi orang jawa, yang mana dalam hal ini sebenarya melanggar hak manusia untuk memilih, namun dari rumusan yang ada di masyarakat jawa, masyarakat bebas untuk mengikatkan diri pada adat istiadat atau adat istiadat orang terdahulu