Pengertian Conceptual Understanding Procedures Cups

4 min read

Pengertian tahapan kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran conceptual understanding procedures cups

Pengertian tahapan kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran conceptual understanding procedures cups

Metode Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Adalah alur pembelajaran yang dirancang untuk menolong perkembangan pemahaman siswa menemukan konsep yang susah. Conceptual Understanding Procedures (CUPs) sudah dimaksimalkan di Fisika, namun bisa dirancang untuk bidang studi lain seperti Kimia, Matematika dan Biologi.

Figur Conceptual Understanding Procedures (CUPs) konstruktivis dalam pendekatan, merupakan didasarkan pada keyakinan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri konsep-konsep dengan memperluas atau memodifikasi pandangan mereka yang ada. Prosedur juga memperkuat skor pembelajaran kooperatif dan individu studentis peran aktif dalam belajar. Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dimaksimalkan pada tahun 1996 oleh David Mills dan Susan Feteris (Departemen Fisika) kini sekolah Fisika di Monash University. Kemudian Pam Mulhall dan Brian Mc Kittrick memperbarui Conceptual Understanding Procedures (CUPs) pada tahun 1999, 2001 dan 2007.

Pengertian Cara Pembelajaran CUPs
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan suatu figur pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk bisa membuat simpulan atas materi yang sudah dipelajarinya dengan kalimat sendiri serta bisa mengidentifikasi konsep dan memberikan figur atau ilustrasi yang bisa menandakan figur yang dikerjakan dengan metode mempelajari konsep-konsep secara sistematis.

Figur pembelajaran CUPs pertama kali dimaksimalkan oleh Richard F. Gunstone dari Universitas Monash, Australia melewati Project For Enhancing Learning (PEEL). CUPs dimaksimalkan pada tahun 1996 oleh Davis Mills dan Susan Feteris (School of Physics and Materials Engineering at MonashUniversity) serta Pam Mulhall dan Brian Mckittrick (Faculty of Education). CUPs sudah diperbaharui pada tahun 1999, 2001 dan 2007 oleh Pam Mulhall dan Brian Mckittrick.

Figur pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme, merupakan pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu situasi sulit secara bersama-sama, yang didasari pada kepercayaan bahwa siswa mengkonstruksi pemahaman konsep dengan memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada sehingga diperoleh suatu penyelesaian yang jitu.

Berikut definisi dan pengertian metode pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs):

Berdasarkan Hikmah dkk (2014), Figur pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan pengembangan dari figur pembelajaran kooperatif, dimana suatu figur pembelajaran yang bertujuan untuk menolong meningkatkan pemahaman konsep yang dianggap susah oleh peserta ajar.

Berdasarkan Gunstone dkk (2009), figur pembelajaran CUPs merupakan prosedur pengajaran yang di rancang untuk memaksimalkan pemahaman konsep yang dirasa susah untuk siswa dengan meningkatkan peran aktif siswa dalam aktivitas belajar mengajar, serta membangun pendekatan berdasarkan kepada keyakinan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri atas suatu konsep dengan pengembangan-pengembangan yang ada.

Berdasarkan Mariana dan Praginda (2009), pada pemakaian figur pembelajaran CUPs, siswa dibagi dalam kategori-kategori kecil. Tiap-tiap kategori beranggotakan tiga siswa (triplet), namun pembagian kategori bisa menyesuaikan jumlah siswa dalam kelas. Pembagian kategori dikerjakan secara heterogen, artinya tiap kategori semestinya beranggotakan minimal satu siswa putra. Kemampuan kognitif siswa dalam satu kategori juga semestinya konvergen (rendah-sedang-tinggi).

Tingkatan Figur Pembelajaran CUPs

Berdasarkan Berdasarkan Mariana dan Praginda (2009), tingkatan figur pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan sebagai berikut.

Peserta ajar dihadapkan pada suatu situasi sulit fisika untuk dituntaskan secara individu.

Peserta ajar dikelompokkan, tiap kategori tiga peserta ajar (triplet) dengan beragam kemampuan (tinggi-sedang-rendah) berdasarkan kategori yang dijadikan guru. Dalam pembagian kategori, seorang peserta ajar laki-laki semestinya selalu ada dalam tiap kategori. Seandainya kelas tak bisa dikelompokkan per tiga peserta ajar (triplet), karenanya dibentuk keseluruhan kelas menjadi triplet dan sisanya digabungkan ke triplet yang sudah ada. Figur kategori triplet seperti pada gambar di bawah ini.

Cara Pembagian Golongan

Setelah peserta ajar dikelompokkan, kemudian tiap kategori mendiskusikan situasi sulit yang sama dengan situasi sulit yang semestinya dituntaskan secara kategori. Dalam cara kerja diskusi kategori (triplet), pengajar memutari kelas untuk mengklasifikasi hal-hal yang berkenaan dengan situasi sulit bila diperlukan, namun guru tak terlibat jauh dalam diskusi.

Pembicaraan kelas. Dalam tahap ini hasil kerja triplet dipajang di depan kelas, kemudian semua peserta ajar duduk di dekat pajangan jawaban membentuk U sehingga semua peserta ajar bisa memperhatikan semua jawaban secara terang, seperti dibeberkan pada gambar di bawah ini.

Progres diskusi kategori

Pendidik memperhatikan persamaan dan perbedaan jawaban peserta ajar, mungkin terdapat sejumlah kesamaan jawaban. Pembicaraan kelas bisa diawali dengan memilih satu jawaban yang dianggap mewakili semua jawaban yang ada. Lalu pengajar bertanya kepada anggota triplet yang jawabannya diambil oleh pengajar, untuk menerangkan jawaban yang mereka buat. Jawaban kategori triplet yang berbeda dengan jawaban triplet yang dipilih oleh pengajar kemudian diberi peluang untuk menerangkan jawabannya.

Berdasarkan kedua jawaban yang berbeda, peserta ajar diberi peluang untuk memastikan argumentasi tersendiri sehingga ditempuh kesepakatan yang dianggap sebagai jawaban akhir. Dalam hal ini pengajar tak menerangkan jawaban yang hakekatnya. Selain itu pada cara kerja ini peserta ajar benar-benar dituntut untuk berpikir, sehingga pengajar semestinya memperhatikan waktu tunggu sebelum mengajukan pertanyaan lanjutan.

Diakhir diskusi, pengajar semestinya bisa memperhatikan bahwa tiap peserta ajar benar-benar mengenal jawaban yang sudah disetujui. Dan peserta ajar juga bisa menuliskan jawaban di kertas yang mereka pajang (tanpa ada komentar lebih lanjut). Seandainya peserta ajar tak bisa menempuh kesepakatan, karenanya pengajar bisa saja menyimpulkan hasil diskusi serta meyakinkan peserta ajar bahwa simpulan hal yang demikian bisa diterima.

Kelebihan dan Kekurangan Figur Pembelajaran CUPs

Berdasarkan Thobroni (2015), kelebihan dan kekurangan figur pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), merupakan sebagai berikut:

a. Kelebihan

Kelebihan atau keunggulan figur pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan:

Memberi peluang kepada siswa untuk memperhatikan situasi sulit secara individu sebelum berbicara dengan sahabat satu kelompoknya, sehingga bisa merangsang siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara khusus dulu.

Melatih siswa untuk ikut serta mengemukakan anggapan sendiri, menyetujui atau membangkang anggapan sahabat-sahabatnya.

Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu anggapan, simpulan atau keputusan yang akan atau sudah diambil.

Dengan memperhatikan atau memperdengarkan semua hasil situasi sulit yang dikemukakan sahabat-sahabatnya, pengetahuan siswa mengenai situasi sulit hal yang demikian akan bertambah luas.

a. Kekurangan

Kekurangan atau kelemahan figur pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan:

Memerlukan waktu untuk persiapan pembelajaran.

Sangat penting bagi guru untuk memperhatikan waktu dalam pembelajaran individu, diskusi kategori dan diskusi kelas.

Pembicaraan kategori dan diskusi kelas mungkin didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi dan berani atau sudah awam berbicara, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan akademis sedang dan rendah atau pemalu tak akan ikut serta berbicara dan berbicara dalam diskusi kelas.

Figur CUPs merupakan suatu metode pembelajaran dimana pada siswa ditanamkan bagaimana membuat simpulan atas materi yang dipelajari. Melewati metode ini siswa kapabel mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi figur atau bukan figur dari konsep. Oleh karena itu, siswa lebih mudah dikala memecahkan soal matematika[2].

Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan suatu figur pembelajaran yang bertujuan untuk menolong meningkatkan pemahaman konsep yang dianggap susah oleh siswa. Conceptual Understanding Procedures (CUPs) berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme yang didasari pada kepercayaan bahwa siswa mengkonstruksi pemahaman konsep dengan memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada. Conceptual Understanding Procedures (CUPs) juga melibatkan skor-skor cooperative learning dan peran aktif siswa dalam cara kerja pembelajaran.

Prosedur yang diketengahkan mencakup pembelajaran individu, diskusi kategori, dan diskusi kelas. Tingkatan Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan sebagai berikut :

Siswa dihadapkan pada situasi sulit matematika untuk dituntaskan secara individu

Siswa dikelompokkkan, tiap kategori terdiri dari beragam kemampuan (tinggi-sedang-rendah) berdasarkan kategori yang dijadikan oleh guru. Jumlah siswa dalam tiap kategori tiap kategori mulai dari 2 sampai dengan 4 siswa. Setelah siswa dikelompokkan, tiap kategori mendiskusikan situasi sulit yang sama dengan situasi sulit yang semestinya dituntaskan secara individu. Dalam cara kerja diskusi kategori guru memutari kelas untuk mengklarifikasi hal-hal yang berkenan dengan situasi sulit bila diperlukan. Tetapi guru tak terlibat lebih jauh dalam diskusi.

Pembicaraan kelas. Dalam tingkatan ini hasil kerja triplet direkatkan atau di pajang di depan kelas, kemudian semua siswa dipinta duduk di dekat pajangan membentuk lingkaran U, sehingga semua siswa bisa memperhatikan semua jawaban secara terang. Berikutnya guru memperhatikan persamaan dan perbedaan jawaban siswa. Mungkin terdapat beberapa jawaban yang sama. Pembicaraan kelas bisa diawali dengan memilih satu jawaban yang jawabannya bisa mewakili semua jawaban yang ada. Guru kemudian bertanya kepada anggota triplet yang jawabannya diambil untuk menerangkan jawaban yang mereka buat.

Jawaban yang berbeda dengan jawaban yang dipilih guru dipinta juga untuk menjelaskannya. Berdasrkan kedua jawaban yang berbeda hal yang demikian, siswa dipinta untuk membuat argumentasi sendiri , sehingga ditempuh kesepakatan yang dianggap sebagai hasil jawaban akhir siswa. Dalam tingkatan ini guru belum menerangkan jawaban yang hakekatnya. Selain itu pada cara kerja ini siswa benar-benar dituntut untuk berpikir sehingga guru semestinya memperhatikan waktu tunggu sebelum memberikan pertanyaan lanjutan.

Baca Juga: Retensi Karyawan

Diakhir diskusi guru semestinya bisa memperhatikan bahwa tiap siswa benar-benar menyadari (membatasi) jawaban yang disetujui, dan bisa jadi siswa menuliskannya dalam kertas yang mereka pajang (namun tanpa komentar yang lebih lanjut). Seandainya siswa tak tak bisa menempuh kesepakatan, karenanya guru bisa menyimpulkan hasil diskusi, serta menyakinkan siswa bahwa simpulan ini bisa diterima.