Sejarah kerajaan Malaka : Faktor, Peristiwa, Raja Dan Letak Geografis

1 min read

Letak Geografis, Raja Terkenal, Masa Kejayaan, Peristiwa, Faktor Dan Sejarah Kerajaan Malaka Menurut Para Ahli

Kerajaan Malaka terletak di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya. Berdasarkan hikayat dan kronik, daerah ini berkembang pesat karena letaknya strategis di jalur pelayaran Asia Tenggara. Pendiri kerajaan ini dikenal sebagai Parameswara, yang melarikan diri dari Sriwijaya dan Majapahit, lalu mendirikan pemukiman baru yang kelak dinamai Malaka. Penduduk asli, Suku Laut, kemudian berkolaborasi dengan pendatang hingga lokasi ini berkembang menjadi pusat perdagangan penting.

Sumber Sejarah Kerajaan Malaka

Beberapa catatan sejarah yang menjadi rujukan tentang Kerajaan Malaka antara lain:

Sulalatus Salatin
Menjelaskan bahwa Malaka merupakan kelanjutan dari kerajaan Melayu di Singapura setelah serangan dari Jawa dan Siam.

Kronik Dinasti Ming
Mengisahkan bahwa Parameswara menghadap Kaisar Tiongkok untuk mendapatkan pengakuan dan perlindungan, sehingga Malaka menjadi pusat perdagangan sekaligus pangkalan armada Ming.

Catatan Laksamana Cheng Ho
Menguatkan bukti bahwa pada awal abad ke lima belas, Islam sudah mulai dianut oleh masyarakat Malaka.

Pararaton
Menyebut tokoh bernama Bhra Hyang Parameswara, yang diduga memiliki hubungan dengan Majapahit.

Masa Pemerintahan Sultan dan Masa Kejayaan

Iskandar Syah
Tokoh awal yang menganut Islam setelah mendirikan Malaka dan menjalin hubungan dengan Tiongkok demi menjaga keamanan dan memupuk pengaruh agama baru.

Muhammad Iskandar Syah
Putra Iskandar Syah, sukses memperkuat perdagangan dan membuat kerjasama politik melalui pernikahan dengan kerajaan tetangga.

Sultan Muzafar Syah
Menghadapi ancaman dari Siam dan berhasil mempertahankan serta memperluas wilayah kekuasaan hingga Pahang, Indragiri, dan Kampar.

Sultan Mansyur Syah
Memimpin masa kejayaan Malaka sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam. Wilayah kekuasaannya meliputi Semenanjung Melayu, Sumatera, Brunei, dan Kalimantan Barat. Kisah heroik Hang Tuah dikenal pada masa ini.

Sultan Alaudin Syah
Mulai mengalami kemunduran saat daerah taklukan mulai melepaskan diri dan konflik internal meningkat.

Sultan Mahmud Syah
Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Malaka mulai runtuh. Kerajaan hanya menguasai sebagian wilayah Semenanjung. Kemunduran parah terjadi saat armada Portugis di bawah Alfonso d’Albuquerque berhasil merebut Malaka pada Agustus masa itu.

Kehidupan Politik dan Diplomasi

Kerajaan Malaka menjalankan politik koeksistensi damai, menjalin hubungan diplomatik dan perkawinan dengan kerajaan besar seperti Majapahit dan Tiongkok. Hubungan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas internal dan eksternal.

Aspek Ekonomi dan Sistem Perdagangan

Lokasi Malaka strategis di jalur internasional Selat Malaka menjadikannya pusat transit dan perdagangan. Kerajaan memberlakukan peraturan bea cukai, memungut pajak barang masuk dan keluar, serta menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam diplomasi dan perdagangan. Raja dan pejabat juga aktif dalam perdagangan melalui kepemilikan kapal.

Kehidupan Sosial dan Budaya

Masyarakat Malaka sangat dipengaruhi oleh kehidupan maritim. Struktur sosial lebih mengutamakan pedagang dan nelayan, sedangkan bidang pertanian kurang berkembang. Kearifan lokal dan budaya lisan berkembang melalui karya sastra seperti Hikayat Hang Tuah, Hang Lekir, dan Hang Jebat.

Penyebaran Islam ke Asia Tenggara

Dengan masuknya raja ke dalam Islam, Malaka menjadi pusat penyebaran agama ini. Strategi politik perkawinan dengan kerajaan Islam lainnya mendukung penyebaran Islam di Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu, dan Mindanao.

Kejatuhan dan Warisan Kerajaan Malaka

Rekuat poros Malaka runtuh ketika Portugis berhasil menaklukkan pada bulan terakhir masa itu. Sultan Mahmud Syah kemudian mencoba merebut kembali dengan bantuan dari kerajaan lain tetapi tidak berhasil. Meskipun berakhir singkat, warisan Malaka dalam bidang perdagangan, politik dan budaya terus memengaruhi perkembangan Asia Tenggara.