Arti Bhineka Tunggal Ika : Fungsi, Tujuan, Pilar, Makna Dan Konsep

10 min read

Konsep, Makna, Pilar, Tujuan, Fungsi Dan Arti Bhineka Tunggal Ika Adalah Menurut Para Ahli

Konsep, Makna, Pilar, Tujuan, Fungsi Dan Arti Bhineka Tunggal Ika Adalah Menurut Para Ahli

Bhineka Tunggal Ika jikalau diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti “beraneka ragam” atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti “ragam” dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti “satu”. Kata ika berarti “itu”. Melainkan harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “Bermacam Satu Itu”, yang bermakna padahal berbeda-beda melainkan pada hakikatnya bangsa Indonesia konsisten adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menandakan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam tradisi, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda melainkan konsisten satu”. Apabila diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti “beraneka ragam” atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti “ragam” dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti “satu”.

Kataika berarti “itu”. Melainkan harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “Bermacam Satu Itu”, yang bermakna padahal berbeda-beda melainkan pada hakikatnya bangsa Indonesia konsisten adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menandakan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam tradisi, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Republik Indonesia. Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda melainkan konsisten satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.

Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno dan diresmikan pengaplikasiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Pengaplikasian lambang negara dikendalikan dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009 perihal Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009 Nomor 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang negara dikendalikan dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Regulasi Pemerintah No. 43/1958

Pasal 36 A, adalah Lambang Negara Adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Pasal 36 B: Lagu Kebangsaaan adalah Indonesia Raya. Berdasarkan risalah sidang MPR tahun 2000, bahwa masuknya ketentuan mengenai lambang negara dan nyanyian kebangsaan kedalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang melengkapi pengendalian mengenai bendera negara dan bahasa negara yang sudah ada sebelumnya adalah ikhtiar untuk memperkukuh kedudukan dan makna atribut kenegaraan ditengah kehidupan global dan hubungan internasional yang terus berubah.

Dengan kata lain, kendatipun atribut itu tampaknya simbolis, hal hal yang demikian konsisten penting, karena menonjolkan identitas dan kedaulatan suatu negara dalam pergaulan internasional. Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu segala bangsa Indonesia ditengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi mengancam keutuhan dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa tidak terkecuali bangsa dan negara Indonesia.

Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu Tantular pada masa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam buku Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit

Melainkan harfiah pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah Berbeda-beda melainkan Satu Itu. Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika adalah padahal berbeda-beda melainkan pada hakikatnya bangsa Indonesia konsisten adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menandakan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam tradisi, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan

Kata Bhineka Tunggal Ika bisa pula dimakna bahwa padahal bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka-ragam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia melainkan keseluruhannya itu adalah suatu persatuan adalah bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman hal yang demikian bukanlah adalah perbedaan yang bertentangan melainkan justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.

Bagi bangsa Indonesia semboyan Bhineka Tunggal Ika adalah dasar untuk menciptakan persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dikerjakan dengan sistem hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa mengamati suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat, warna kulit dan lain-lain. Seperti di ketahui Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana tiap-tiap daerah memiliki adat istiadat,bahasa,tata tertib,tradisi dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi beraneka kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita semestinya buang jauh-jauh sikap mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama. Apabila hal hal yang demikian terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.Oleh karena itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebaik-pantasnya supaya persatuan bangsa dan negara Indonesia konsisten terjaga.

PENGERTIAN BHINNEKA TUNGGAL IKA

Bhinneka Tunggal Ika sebaga jati diri bangsa sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka adalah sejak zaman majapahit.Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda melainkan konsisten satu”.Kalimat ini adalah kutipan dari falsafah nusantara kakawinJawa Kuno adalah kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaanMajapahit sekitar abad ke-14. Kalimat ini juga sudah digunakan sebagai semboyan pemersatu Nusantara, yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada.

Kata bhinneka berarti “beraneka ragam” atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti “ragam” dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggalberarti “satu”. Kata ika berarti “itu”. Melainkan harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “Bermacam Satu Itu”, yang bermakna padahal berbeda-beda melainkan pada hakikatnya bangsa Indonesia konsisten adalah satu kesatuan.Dikala Indonesia merdeka oleh para pendiri bangsamencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia yang bisa diamati padalambang negara Garuda Pancasila Semboyan ini digunakan untuk menandakan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam tradisi, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

KEBHINEKAAN DARI BANGSA INDONESIA
Kebhinekaan bangsa Indonesia mencakup

Kebhinekaan Mata Pencaharian
Indonesia adalah negara kepulauan dan memiliki keadaan alam yang berbeda-beda, seperti dataran tinggi/pegunungan ataupun dataran rendah/pantai sehingga masyarakat yang tinggal didaerah hal yang demikian semestinya menyesuaikan sistem hidupnya dengan alam disekitarnya. Keadaan alam juga mengakibatkan perbedaan mata pencaharian ada yang sebagai petani, nelayan, pedagang pegawai, peternak dan lain-lain sehingga kebinekaan mata pencaharian hal yang demikian bisa menjalin persatuan karena satu sama lain saling memerlukan

Kebhinekaan ras
Letak Indonesia amat strategis sehingga Indonesia menjadi daerah persilangan jalanan perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi baik pada ras, agama, kesenian ataupun tradisi. Ras di Indonesia terdiri dariPapua Melanesoid yang berdiam di Pulau Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan kulit hitam. RasWeddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang Kubu, Sakai, Mentawai, Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, postur kecil, kulit sawo matang dan rambut berombak. Selain itu ada Ras MalayanMongoloid berdiam di beberapa besar kepulauan Indonesia, terutamanya di Kepulauan Sumatera dan Jawa dengan ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih hingga sawo matang. Kebhinekaan hal yang demikian tidak mengurangi persatuan dan kesatuan karena tiap-tiap ras saling menghormati dan tidak menganggap ras nya paling ungul.

Kebhinekaan Suku Bangsa
Indonesia adalah negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau-pulau terisolasi dan tidak saling berkaitan. Kesudahannya tiap-tiap pulau/wilayah memiliki keunikan tersendiri baik dari segi tradisi, adat istiadat, kesenian, ataupun bahasa. Adanya kebhinekaan hal yang demikian menciptakan Indonesia amat kaya. Meskipun berbeda melainkan konsisten menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan menempatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa legal dan persatuan

Kebinekaan agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang ataupun menjajah membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebinekaan agama di Indonesia. Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan. Kebhinekaan agama amat rentan akan perselisihan, melainkan dengan motivasi persatuan dan semboyan bhineka tunggal ika perselisihan hal yang demikian bisa dikurangi dengan sistem saling toleransi antar umat beragama. Tiap agama tidak mengajari untuk menganggap agamanya yang paling benar melainkan saling menghormati dan menghargai perbedaan sehingga bisa hidup rukun saling berdampingan dan tolong membantu di masyarakat

Kebhinekaan Tradisi
Tradisi adalah keseluruhan sistem gagasan perbuatan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang diwujudkan miliki diri manusia dengan sistem belajar.Tradisi memiliki tujuan untuk merubah sikap dan juga perilaku SDM kearah yang lebih baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinekaan tradisi di Indonesia sehingga tradisi tradisional berubah menjadi tradisi yang modern tanpa menghilangkan tradisi autentik Indonesia sendiri seperti tradisi sopan santun, kekeluargaan dan gotong royong. Tradisi tradisional dan modern hidup berdampingan di masyarakat tanpa saling merendahkan satu sama lain

Gender/ragam kelamin
Perbedaan ragam kelamin adalah sesuatu yang amat natural, tidak menonjolkan adanya level. Pendapat kuat bagi laki-laki dan lemah bagi perempuan, adalah tidak benar. Masing-masing memiliki peran dan tanggungjawab yang saling memerlukan dan melengkapi. Zaman dulu kaum perempuan tidak dikasih kans yang sama untuk mengembangkan potensinya dan seringkali tugasnya dikendalikan cuma sekitar rumah saja. Pekerjaan rumah yang itu-itu saja, dianggap tidak banyak menuntut kreatifitas, kecerdasan dan wawasan yang luas, sehingga perempuan dianggap lebih bodoh dan tidak pintar. Kini ini perempuan memiliki kans yang sama untuk sekolah, mengembangkan bakat dan kecakapannya. Banyak kaum wanita yang menduduki posisi penting dalam jabatan publik

Makna Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa dan negara

Meskipun bangsa kita berbeda dan beraneka dalam hal suku bangsa, mata pencaharian, bahasa daerah, agama dan kepercayaan kepada Yang YME, ras/keturunan serta gender melainkan semestinya konsisten berada dalam satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kita semestinya bisa menerapkan persatuan dalam kehidupan sehari-hari adalah hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa mengamati suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain. tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika akan terjadi beraneka kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang tiap-tiap orang akan cuma mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentingan bersama.Apabila hal hal yang demikian terjadi di negara kita ini akan terpecah belah, oleh karena itu marilah kita jaga Bhinneka Tunggal Ika dengan sebai-pantasnya supaya persatuan bangsa dan negara Indonesia konsisten terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan pengorbanan yang panjang yang dikerjakan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah Republik Indonesia menjadi negara kesatuan.

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Bahasa:
Konon Buddha dan Siwa adalah dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, melainkan bagaimanakah bisa dikenali?
Karena kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, melainkan satu jugalah itu. Tak ada kerancuan dalam kebenaran.

  1. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa ditemukan dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad XIV pada era Kerajaan Majapahit. Mpu Tantular adalah seorang penganut Buddha Tantrayana, melainkan menikmati hidup aman dan tentram dalam kerajaan Majapahit yang lebih bernafaskan agama Hindu (Ma’arif A. Syafii, 2011). Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi bahan diskusi terbatas antara Muhammad Yamin, I Gusti Baik Sugriwa, dan Bung Karno di sela-sela sidang BPUPKI sekitar 2,5 bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia(Kusuma R.M. A.B, 2004). Bahkan Bung Hatta sendiri mengemukakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno pasca Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun kemudian ketika mendesain Lambang Negara Republik Indonesia dalam bentuk burung Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika disisipkan ke dalamnya. Melainkan legal lambang ini digunakan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat yg dipimpin oleh Bung Hatta pada tanggal 11 Februari 1950 berdasarkan rancangan yang diwujudkan oleh Sultan Hamid ke-2 (1913-1978). Pada sidang hal yang demikian mengemuka banyak usul rancangan lambang negara, berikutnya yang dipilih adalah usul yang diwujudkan Sultan Hamid ke-2 & Muhammad Yamin, dan kemudian rancangan dari Sultan Hamid yang akhirnya ditetapkan (Yasni, Z, 1979). Karya Mpu Tantular hal yang demikian oleh para founding fathers dikasih penafsiran baru karena dianggap sesuai dengan keperluan strategis bangunan Indonesia merdeka yang terdiri atas beraneka agama, kepercayaan, etnis, ideologi politik, tradisi dan bahasa. Dasar pemikiran hal yang demikian yang menciptakan semboyan “keramat” ini terpajang melengkung dalam cengkeraman kedua cakar Burung Garuda. Burung Garuda dalam mitologi Hindu adalah kendaraanDewa Vishnu (Ma’arif A. Syafii, 2011).

Dalam progres perumusan konstitusi Indonesia, jasa Muh.Yamin semestinya diingat sebagai orang yang pertama kali mengusulkan kepada Bung Karno supaya Bhinneka Tunggal Ika diwujudkan semboyan sesanti negara. Muh. Yamin sebagai tokoh kebudayaan dan bahasa memang dikenal sudah lama bersentuhan dengan segala hal yang berkenaan dengan kebesaran Majapahit (Prabaswara, I Made, 2003).

Konon, di sela-sela Sidang BPUPKI antara Mei-Juni 1945, Muh. Yamin menyebut-nyebut ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itu sendirian. Baik I Gusti Baik Sugriwa (temannya dari Buleleng) yang duduk di sampingnya sontak menyambut sambungan ungkapan itu dengan “tan hana dharma mangrwa.” Sambungan spontan ini di samping menyenangkan Yamin, sekaligus menonjolkan bahwa di Bali ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itu masih hidup dan dipelajari orang (Prabaswara, I Made, 2003). Meksipun Kitab Sutasoma ditulis oleh seorang sastrawan Buddha, dampaknya cukup besar di lingkungan masyarakat intelektual Hindu Bali.

Para pendiri bangsa Indonesia yang beberapa besar beragama Islam tampaknya cukup toleran untuk mendapatkan warisan Mpu Tantular hal yang demikian. Sikap toleran ini adalah watak dasar suku-suku bangsa di Indonesia yang sudah mengenal beraneka agama, berlapis-lapis kepercayaan dan tradisi, jauh sebelum Islam datang ke Nusantara. Sekalipun dengan ambrolnya Kerajaan Majapahit abad XV, akibat Hindu-Budha secara politik sudah amat melemah, secara kultural akibat hal yang demikian konsisten lestari hingga hari ini (Ma’arif A. Syafii, 2011).

Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks Indonesia

Indonesia beruntuk sudah memiliki falsafah bhinneka tunggal ika sejak dulu ketika negara barat masih mulai memerhatikan perihal konsep keberagaman.

Indonesia adalah negara yang amat kaya akan keberagaman. Apabila diamati dari keadaan alam saja Indonesia amat kaya akan ragam flora dan fauna, yang tersebar dari ujung timur ke ujung barat serta utara ke selatan di sekitar kurang lebih 17508 pulau. Indonesia juga didiami banyak suku(sekitar kurang lebih 1128 suku) yang menguasai bahasa daerah masing-masing(sekitar 77 bahasa daerah) dan menganut beraneka agama dan kepercayaan. Keberagaman ini adalah ciri bangsa Indonesia.

Warisan kebudayaan yang berasal dari masa-masa kerajaan hindu, budha dan islam konsisten lestari dan berakar di masyarakat. Atas dasar ini, para pendiri negara sependapat untuk menerapkan bhinneka tunggal ika yang berarti “berbeda-beda melainkan konsisten satu jua” sebagai semboyan negara.


Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan dengan keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat, agama, dan beraneka perbedaan lainya. Perbedaan hal yang demikian diwujudkan para leluhur sebagai modal untuk membangun bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang besar. Sejarah mencatat bahwa segala si kecil bangsa yang berasal dari beraneka suku segala terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Apabila ikut berjuang dengan mengambil peran masing-masing. Kesadaran kepada tantangan dan cita-cita untuk membangun sebuah bangsa sudah dipikirkan secara mendalam oleh para pendiri bangsa Indonesia. Keberagaman dan kekhasan sebagai sebuah realitas masyarakat dan lingkungan serta cita-cita untuk membangun bangsa dirumuskan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Ke-bhinneka-an adalah realitas sosial, padahal ke-tunggal-ika-an adalah sebuah cita-cita kebangsaan. Wahana yang diprakarsai sebagai “jembatan emas” untuk menuju pembentukan sebuah ikatan yang merangkul keberagaman dalam sebuah bangsa adalah sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia. Para pendiri negara juga mencantumkan banyak sekali pasal-pasal yang mengontrol perihal keberagaman. Salah satu pasal hal yang demikian adalah perihal pentingnya keberagaman dalam pembangunan berikutnya diperkukuh dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 36A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang menyuarakan persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman.

Makna Bhinneka Tunggal Ika
Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia adalah Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata hal yang demikian bisa pula diartikan : Berbeda-beda melainkan konsisten satu itu. Bhinneka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia mengandung makna bahwa padahal bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam melainkan keseluruhannya adalah suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia hal yang demikian disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951 perihal lambang Negara Republik Indonesia, yang diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951.

Makna Bhinneka Tunggal Ika adalah padahal bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka-ragam serta beraneka ragam kepulauan wilayah Negara Indonesia melainkan keseluruhannya itu adalah suatu persatuan adalah bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman hal yang demikian bukanlah adalah perbedaan yang bertentangan melainkan justru keanekaragaman itu bisa memperkaya khasanah bangsa yang jikalau dibina akan memperkokoh daya bangsa.

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk menciptakan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari adalah hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa mengamati suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit dan lain-lain.

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana tiap-tiap daerah memiliki adat istiadat, bahasa, tata tertib, tradisi dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika pastinya akan terjadi beraneka kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana tiap-tiap orang akan cuma mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentingan bersama.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kutai : Sistem Pemerintahan, Perkembangan, Masa Kejayaan

Apabila hal hal yang demikian terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah. Oleh karena itu marilah kita jaga Bhinneka Tunggal Ika dengan sebai-pantasnya supaya persatuan bangsa dan negara Indonesia konsisten terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan pengorbanan yang panjang yang dikerjakan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republic Indonesia menjadi negara kesatuan.