Pengertian Diksi : Syarat, Contoh, Makna, Makalah Dan Jenis Kata

9 min read

Jenis Jenis, Makalah, Makna, Contoh, Syarat Pengertian Diksi Menurut Para Ahli

Jenis Jenis, Makalah, Makna, Contoh, Syarat Pengertian Diksi Menurut Para Ahli

Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.[rujukan?] Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata – seni berbicara terperinci sehingga setiap kata sanggup didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.

Jika kita menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibuat menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akibatnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita.

Diksi bukan hanya berarti pilih menentukan kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan insiden tetapi juga meliputi problem gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai potongan dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau mempunyai nilai artistik yang tinggi.

Secara menyolok kegiatan seorang mahasiswa setiap hari bekerjsama berkisar pada problem kosa kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau menciptakan soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat ia harus bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan para dosen. Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan.

Bila ia seorang yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat kabar. Melalui semua kegiatan itu, kata beserta gagasannya seperti membanjiri masuk satiap ketika ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya lebar-lebar untuk mendapatkan semua itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.

Jenis Jenis, Makalah, Makna, Contoh, Syarat Pengertian Diksi Menurut Para Ahli

Seiring seorang mahasiswa harus mengutuk dirinya lantaran dalam menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak mengetahui gagasan yang didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan sama pentingnya. Keduanya harus diketahui dan dikuasai.

Tidak sanggup disangkal bahwa dalam penggunaan kosa kata yaitu potongan yang sangat penting dalam dunia akademi tinggi. Prosesnya mungkin lamban dan sukar, tapi orang akan merasa lega dan puas lantaran tidak akan sia-sia semua jerih payah yang telah diberikan. Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang sempurna bukan sekedar mempergunakan kata-kata yang mahir tanpa isi.

Dengan pengertian-pengertian yang sempurna itu, kita sanggup pula memberikan pikiran kita secara sederhana dan langsung. Mereka yang luas kosa katanya akan mempunyai pula kemampuan yang tinggi untuk menentukan setepat-tepatnya kata mana yang paling serasi untuk mewakili maksud atau gagasannya.

Secara terkenal orang akan menyampaikan bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya menyerupai penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan yaitu kata yang sama artinya atau merupakan kata yang bersinonim.

Mereka yang luas kosa katanya menolak anggapan itu. Karena tidak mendapatkan anggapan itu, maka mereka akan berusaha untuk memutuskan secara cermat kata man yang harus dipakainya dalam sebuah konteks tertentu.

Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit menemukan kata lain yang lebih tepat, lantaran ia tidak tahu bahwa ada kata lain yang lebih sempurna dan lantaran ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu. Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang baik hendaknya mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang sempurna dan cermat dalam konteks yang sempurna pula.

Tujuan

  1. Untuk menambah ilmu pengetahuan perihal bagaimana tatacara dalam penyusunan / pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
  2. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i dari mata kuliah Bahasa Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana definisi diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa ?
  2. Apa fungsi dan tujuannnya menggunakan diksi dan gaya bahasa dalam bertutur kata maupun menciptakan karya ilmiah ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata

Pilihan kata atau diksi intinya yaitu hasil dari upaya menentukan kata tertentu untuk digunakan dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata sanggup dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar menentukan kata yang tepat, melainkan juga menentukan kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi yaitu ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang sanggup mengungkapkan gagasan secara sempurna sehingga mampumengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

B. Fungsi dan Manfaat Diksi

a) Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi yaitu Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jikalau pilihan kata tersebut sempurna dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan semoga tidak mengakibatkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan semoga tidak merusak suasana.

Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat semoga terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan dongeng semoga lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih terperinci mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam dongeng tersebut.

b) Manfaat Diksi

  1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang menyerupai dalam ejaannya.
  2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga sanggup mengakibatkan kontroversi dalam masyarakat.

C. Syarat-Syarat dan Ketepatan Diksi

Ketepatan yaitu kemampuan sebuah kata untuk mengakibatkan gagasan yang sama pada khayalan pembaca atau pendengar, menyerupai yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin menentukan kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan mengakibatkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan menentukan kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah:

  1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
    Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang sanggup mengakibatkan beragam makna.
    Contoh :
    · Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
    · Sinta yaitu bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
  2. Membedakan dengan sempurna kata yang hampir bersinonim
    · Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
    · Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu yaitu peubahperaturan yang selama ini memberatkan pengusaha.
  3. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jikalau pemahaman belum sanggup dipastikan.
    Contoh :
    · Modern : canggih (secara subjektif)
    · Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
    · Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual (menurut kamus)
  4. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
    Contoh :
    · Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
    · Koordinir seharusnya koordinasi.
  5. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
    Contoh :
    Pasangan yang salah
    Pasangan yang benar
    antara ….. dengan ….
    antara …. dan …..
    tidak ….. melainkan …..
    tidak ….. tetapi …..
    baik ….. ataupun …..
    baik ….. maupun …..
    bukan ….. tetapi …..
    bukan …… melainkan …..
  6. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
    Kata umum yaitu sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus yaitu kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
    Contoh :
    · Kata umum : Melihat
    · Kata khusus : Melotot, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi
  7. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
    Contoh:
    · Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
    · Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak terperinci asal-usulnya, kabar angin,desas-desus.
  8. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
    Sinonim yaitu kata-kata yang mempunyai arti sama.
    Homofoni yaitu kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.
    Homografi yaitu kata yang mempunyai kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.
    Contoh :
    · Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
    · Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan abang laki-laki)
    · Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)

D. Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas yaitu cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang sanggup digunakan untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang menggunakan perlambang (majas metafora, personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa untuk mengakibatkan kesan tertentu bagi kawan komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mensugesti tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu:
a) Cara dan media komunikasi : ekspresi atau tulisan, pribadi atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
b) Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
c) Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d) Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e) Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah, tinggi).
f) Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

E. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling sempurna dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta sempurna tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan menjadi :
A. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi yaitu gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diperlukan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, info negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh lantaran itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, lantaran tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan usaha pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampailah kepada ketika yang berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. …(selanjutnya)
B. Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi yaitu gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Contoh :
Sumpah cowok yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 yaitu insiden nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai tabiat khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.

C. Gaya Bahasa Percakapan
Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya yaitu kata-kata terkenal dan kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini sanggup diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibuat berdasarkan kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.

Contoh berikut yaitu hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia tahun 1996 di Jakarta :
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Makara ketiganya saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan dasar apa yang kita pakai untuk menggolongkannya.

Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point – point penting perihal diksi, yaitu :
Plilihan kata atau diksi meliputi pengertian kata – kata mana yang harus digunakan untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang sempurna atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi yaitu kemampuan membedakan secara sempurna nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Pilihan kata yang sempurna dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa yaitu keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Diksi mempunyai beberapa bagian; registrasi – kata formal atau informal dalam konteks sosial – yaitu yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, misalnya penggunaan kata-kata yang berafiliasi dengan gerakan fisik menggambarkan abjad aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berafiliasi dengan pikiran menggambarkan abjad yang introspektif. Diksi juga mempunyai dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.

Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara terperinci sehingga setiap kata sanggup didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan secara sempurna nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mensugesti pilihan kata, diantaranya :
Tepat menentukan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
Kemampuan untuk membedakan secara sempurna nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta bisa menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang terperinci dan efektif.

Kriteria Diksi

Agar sanggup menghasilkan pengungkapan yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi kriteria, yaitu :
Ketepatan dalam pemilihan kata dalam memberikan suatu gagasan.
Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara sempurna nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
Menguasai banyak sekali macam kosakata dan bisa memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan gampang dimengerti.
Kriteria pemilihan kata
• Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi Misalnya :

  • Monyet itu kurus sekali.
  • Dasar simpanse kau itu!
    • Dapat membedakan kata-kata yang hampir menyerupai dalam ejaannya
    Misalnya :
  • Karton – Kartun
  • Intensif – Insentif
    • Dapat memahami makna kata-kata absurd dan kata konkrit.
    Kata absurd :
    Jika kata itu bermakna sifat, keadaan dan kegiatan. Contoh : Ketulusan, Kebodohan, Kepandaian, Kecintaan dan lain-lain.
    Kata konkrit :
    Jika kata itu bermakna pada suatu benda, orang atau apa saja yang mempunyai eksistensi.
    Misalnya : Mobil, Motor, Rumah dan lain-lain.
    Contoh :
  • Ketulusan hatinya menciptakan ia akibatnya luluh.
  • Ayah gres membeli motor kemarin.
    • Dapat menggunakan kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
    Contoh :
  • Antara saya dan ia tidak terjadi apa-apa.
  • Baik menang maupun kalah itu sama saja.
  • Bukannya saya tidak percaya, tetapi saya agak ragu akan kemampuannya.
    • Dapat membedakan kata-kata umum dengan kata-kata khusus.
    Contoh :
  • Kata umum : melihat,
  • Kata khusus : menatap, memandang, melotot, membelalak, melirik, memperhatikan, menonton.

Jenis-Jenis Diksi Berdasarkan Makna Makna Denotatif

Contoh : Bunga Melati
Makna Konotatif
Makna konotatif yaitu suatu jenis kata yang mempunyai arti bukan sebenarnya.
Contoh : Bunga Bank
Berdasarkan Leksikal
Sinonim yaitu kata-kata yang mempunyai makna yang sama.
Antonim yaitu dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.
Homonim yaitu suatu kata yang mempunyai lafal dan ejaan yang sama, namun mempunyai makna yang berbeda.
Homofon yaitu suatu kata yang mempunyai makna dan ejaan yang berbeda dengan lafal yang sama.
Homograf yaitu suatu kata yang mempunyai makna dan lafal yang berbeda, namun ejaannya sama.
Polisemi yaitu suatu kata yang mempunyai banyak pengertian
Hipernim yaitu kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim sanggup menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Hiponim yaitu kata-kata yang terwakili artinya oleh kata-kata hipernim

Makna denotatif menyatakan arti yang bekerjsama dari sebuah kata. Makana denotatif berafiliasi dengan bahasa ilmiah.

Baca Juga : MPR

Makna denotasi sanggup dibedakan atas dua macam relasi, pertama, kekerabatan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua, kekerabatan antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.