Pengertian Isi Perjanjian Renville : Dampak, Tujuan Dan Latar Belakangnya

6 min read

Latar Belakang, Dampak, Tujuan Dan Pengertian Isi Perjanjian Renville Menurut Para Ahli

Latar Belakang, Dampak, Tujuan Dan Pengertian Isi Perjanjian Renville Menurut Para Ahli

Perjanjian Renville merupakan perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada bertepatan pada 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat bagaikan tempat netral USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Delegasi Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dokter. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun serta Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dokter. Soumukil, Pangran Kartanagara serta Zulkarnain. Nyatanya wakil- wakil Belanda nyaris seluruh berasala dari bangsa Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian Belanda senantiasa melaksanakan politik adu domba supaya Indonesia gampang dikuasainya. Sehabis berakhir perdebatan dari bertepatan pada 8 Desember 1947 hingga dengan 17 Januari 1948 hingga diperoleh hasil persetujuan damai yang diucap Perjanjian Renville. Pokok- poko isi perjanjian Renville, antara lain bagaikan berikut:

Pada hakekatnya Perjanjian Renville ini merugikan Indonesia dimana daerah kekuasaan Indonesia bukanlah dari Sabang hingga Marouke melainkan cuma sebagian pulau Sumatera serta sepertiga pulau Jawa. Inilah yang ditolak oleh Kartosoewijo di Jawa Barat yang diaku bagaikan milik Belanda, buat seperti itu dia serta tentaranya melawan penjajah yang masih menduduki tanah tumpah darah Indonesia.

Belanda senantiasa berdaulat atas segala daerah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang lekas tercipta.

Republik Indonesia Serikat memiliki peran yang sejajar dengan negeri Belanda dalam uni Indonesia- Belanda.

Republik Indonesia hendak jadi negeri bagian dari RIS

Saat sebelum RIS tercipta, Belanda bisa menyerahkan sebagain kekuasaannya kepada pemerintahan federal sedangkan.

Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke wilayah Republik Indonesia. Wilayah kantong merupakan wilayah yang terletak di balik Garis Van Mook, ialah garis yang menghubungkan 2 derah terdepan yang diduduki Belanda.

Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada bertepatan pada 17 Januari 1948. ada pula kerugian yang dialami Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville merupakan bagaikan berikut:

Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negeri Indonesia Serikat melalaui masa peralihan.

Indonesia kehabisan sebagaian wilayah kekuasaannya sebab grais Van Mook terpaksa wajib diakui bagaikan wilayah kekuasaan Belanda.

Pihak republik Indonesia wajib menarik segala pasukanya yang berda di derah kekuasaan Belanda serta kantong- kantong gerilya masuk ke wilayah republic Indonesia.

Penandatanganan naskah perjanjian Renville memunculkan akibat kurang baik untuk pemerinthan republik Indonesia, antra lain bagaikan berikut:

Daerah Republik Indonesia jadi kian kecil serta dikururung oleh daerah- daerah kekuasaan belanda.

Munculnya respon kekerasan digolongan para pemimpin republic Indonesia yang menyebabkan tumbangnya cabinet Amir Syarifuddin sebab dikira menjual negeri kepada Belanda.

Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda

Indonesia terpaksa wajib menarik mundur kesatuan- kesatuan militernya dari daerah- daerah gerilya buat setelah itu hijrah ke daerah Republik Indonesia yang bersebelahan.

Dalam usaha memecah belah Negeri kesatuan republic Indonesia, Belanda membentuk negara- negara boneka, semacam; negeri Borneo Barat, Negeri Madura, Negeri Sumatera Timur, serta Negeri jawa Timut. Negeri boneka tersebut tergabung dalam BFO( Bijeenkomstvoor Federal Overslag).

P

Perjanjian Renville merupakan perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada bertepatan pada 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat bernama USS Renville bagaikan tempat netral. Kapal tersebut berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Negosiasi diawali pada bertepatan pada 8 Desember 1947 serta ditengahi oleh Komisi 3 Negeri( KTN), Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, serta Belgia. Perjanjian ini diadakan buat menuntaskan perselisihan atas Perjanjian Linggarjati tahun 1946. Perjanjian ini berisi batasan antara daerah Indonesia dengan Belanda yang diucap Garis Van Mook.

Latar Balik Perjanjian Renville

Diadakannya Perjanjian Renville ataupun negosiasi Renville bertujuan buat menuntaskan seluruh wujud pertikaian antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda.

Negosiasi ini di latar belakangi terdapatnya kejadian penyerangan Belanda terhadap Indonesia yang diucap dengan Agresi Militer Belanda Awal yang jatuh pada bertepatan pada 21 Juli 1947 sampai 4 Agustus 1947.

Di luar negara dengan terdapatnya kejadian penyerangan yang dicoba Belanda terhadap Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaan kala Belanda sudah hengkang serta kembali menjajah, memunculkan respon keras. Pada bertepatan pada 1 Agustus 1947, kesimpulannya dewan keamanan PBB memerintahkan keduanya buat menghentikan tembak menembak. Pada bertepatan pada 4 Agustus 1947, Republik Indonesia serta Belanda mengumumkan gencatan serta berakhir pula Agresi Militer Ke- 1.

Agresi Militer Ke- 1 diakibatkan terdapatnya perselisihan komentar yang disebabkan kelainannya pengertian yang terdapat dalam Persetujuan Linggarjati,[Baca pula– klik—
Sejarah Perjanjian Linggarjati] dimana Belanda senantiasa mendasarkan tafsirannya pidato Ratu Wilhelmina pada bertepatan pada 7 Desember 1942. Dimana Indonesia hendak dijadikan anggota Commonwealth( Negeri Persemakmuran dibawah Pemerintahan Kerajaan Belanda) dan hendak dibangun negeri federasi, kemauan Belanda tersebut sangat merugikan Indonesia.

Dengan penolakan yang diberikan pihak Indonesia terhadap kemauan Belanda, satu hari saat sebelum Agresi Militer Ke- 1 Belanda tidak terikat lagi pada perjanjian Linggarjati, sehingga tercetuslah pada bertepatan pada 21 Juli 1947 Agresi Militer Belanda yang awal.

Negosiasi pihak Belanda serta pihak Indonesia diawali pada bertepatan pada 8 Desember1947 diatas kapal Renville yang tengah berlabuh di teluk Jakarta. Negosiasi ini menciptakan saran- saran KTN dengan pokok- pokoknya ialah pemberhentian tembak- menembak di sejauh Garis van Mook dan perjanjian peletakan senjata serta pembuatan wilayah kosong militer.

Pada kesimpulannya perjanjian Renville ditandatangani pada bertepatan pada 17 Januari 1948, serta disusul intruksi buat menghentikan aksi tembak- menembak di bertepatan pada 19 Januari 1948.

Pada 29 Agustus 1947, Belanda memproklamirkan garis Van Mook yang menghalangi daerah Indonesia serta Belanda. Republik Indonesia jadi tinggal sepertiga Pulau Jawa serta mayoritas pulau di Sumatra, namun Indonesia tidak menemukan daerah utama penghasil santapan. Blokade oleh Belanda pula menghindari masuknya persenjataan, santapan serta baju mengarah ke daerah Indonesia.

Delegasi

Perjanjian diadakan di daerah netral ialah di atas kapal USS Renville yang berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta( Belanda menyebutkannya Batavia) kepunyaan Amerika Serikat serta diawali bertepatan pada 8 Desember 1947.

Delegasi Indonesia dipandu oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin Harahap, serta Johannes Leimena bagaikan wakil. Delegasi Kerajaan Belanda dipandu oleh Kolonel KNIL Abdulkadir Widjijoatmodjo. Delegasi Amerika Serikat dipandu oleh Frank Porter Graham.

Gencatan senjata

Pemerintah RI serta Belanda tadinya pada 17 Agustus 1947- setelah Agresi Militer Belanda Ke- 1 sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, sebab terdapat lagi nantinya Agresi Militer Ke- 2 oleh Belanda tahun 1949- sepakat buat melaksanakan gencatan senjata sampai ditandatanganinya Persetujuan Renville, namun pertempuran terus terjalin antara tentara Belanda dengan bermacam laskar- laskar yang tidak tercantum Tentara Nasional Indonesia(TNI), serta sesekali unit pasukan Tentara Nasional Indonesia(TNI) pula ikut serta baku tembak dengan tentara Belanda, semacam yang terjalin antara Karawang serta Bekasi.

Pihak yang muncul pada negosiasi Renville

Delegasi Indonesia di wakili oleh Amir syarifudin( pimpinan), Ali Sastroamijoyo, H. Agus Salim, Dokter. J. Leimena, Dokter. Coatik Len, serta Nasrun.

Delegasi Belanda di wakili oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo( pimpinan), Mr. H. A. L. Van Vredenburg, Dokter. P. J. Koets, serta Mr. Dokter. Chr. Soumokil.

PBB bagaikan mediator di wakili oleh Frank Graham( pimpinan), Paul Van Zeeland, serta Richard Kirby.

Belanda berdaulat atas Indonesia saat sebelum Indonesia mengganti jadi RIS( Republik Indonesia Serikat).

Isi perjanjian

Belanda cuma mengakui Jawa Tengah, Yogayakarta, serta Sumatera bagaikan bagian daerah Republik Indonesia. Disetujuinya suatu garis demarkasi yang memisahkan daerah Indonesia serta wilayah pendudukan Belanda.

Tentara Nasional Indonesia(TNI) wajib ditarik mundur dari daerah- daerah kantongnya di daerah pendudukan di Jawa Barat serta Jawa Timur.

Berikut merupakan pokok- pokok isi perjanjian Renville, ialah:

Belanda hendak senantiasa berdaulat sampai terjadinya RIS ataupun Republik Indonesia Serikat.

RIS ataupun Republik Indonesia Serikat mempunyai peran sejajar dengan Uni Indonesia Belanda.

Belanda bisa menyerahkan kekuasaanya ke pemerintah federal sedangkan, saat sebelum RIS tercipta.

Negeri Republik Indonesia hendak jadi bagian dari Republik Indonesia Serikat.

6 bulan hingga satu tahun, hendak diadakan pemilihan universal( pemilu) dalam pembuatan Konstituante RIS.

Tiap tentara Indonesia yang terletak di wilayah pendudukan Belanda wajib berpindah ke wilayah Republik Indonesia.

Pasca Perjanjian

Bagaikan hasil Persetujuan Renville, pihak Republik wajib meluangkan wilayah- wilayah yang dipahami Tentara Nasional Indonesia(TNI), serta pada bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. Divisi ini memperoleh julukan Pasukan Hijrah oleh warga Kota Yogyakarta yang menyongsong kehadiran mereka.

Tidak seluruh pejuang Republik yang tergabung dalam bermacam laskar mematuhi hasil Persetujuan Renville tersebut. Barisan Bambu Runcing serta Laskar Hizbullah/ Sabillilah di dasar pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosoewiryo( Yang diketahui pula bagaikan DI/ TII), Kartsoewiryo tidak tunduk dengan perjanjian Renville ini.

Kartosuwiryo dengan tentaranya( Barisan Bambu Runcing serta Laskar Hizbullah/ Sabillilah) terus melaksanakan perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Sehabis Soekarno serta Hatta ditangkap di Yogyakarta, Kartosoewiryo menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir Syarifuddin. Kartosoewiryo melaksanakan itu sebab Perjanjian Renville menjadikan Negeri Indonesia sudah kalah serta bubar, setelah itu dia mendirikan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia( DI/ TII). Sampai pada 7 Agustus 1949, di daerah yang masih dipahami Belanda waktu itu, Kartosuwiryo melaporkan berdirinya Negeri Islam Indonesia( NII).

Dipihak lain, akibat dari Perjanjian Renville itu pula, pasukan dari Resimen 40/ Damarwulan, bersama batalyon di jajarannya, Batalyon Gerilya( BG) VIII Batalyon Gerilya( BG) IX, Batalyon Gerilya( BG) X, Depo Batalyon, EX. ALRI Pangkalan X dan Kesatuan Kelaskaran, dengan total pengikut sebanyak tidak kurang dari 5000 orang, pula Hijrah ke wilayah Blitar serta sekitarnya. Resimen 40/ Damarwulan ini setelah itu berganti jadi Brigade III/ Damarwulan, serta batalyonnyapun berganti jadi Batalyon 25, Batalyon 26, Batalyon 27. Sehabis keluarnya Pesan Perintah Siasat Nomor I, dari PB Sudirman, yang mewajibkan seluruh pasukan hijrah kembali serta melanjutkan gerilya di wilayah tiap- tiap, Pasukan Brigade III/ Damarwulan, di dasar pimpinan Letkol Moch Sroedji ini, melakukan Wingate Action, dengan menempuh jarak kurang lebih 500 km sepanjang 51 hari.

Penutup

Akibat kurang baik yang ditimbulkan dari perjanjian Renville untuk pemerintahan Indonesia, ialah:

( 1) Terus menjadi menyempitnya daerah Republik Indonesia sebab sebagian daerah Republik Indonesia sudah dipahami pihak Belanda.

( 2) Dengan munculnya respon kekerasan sehingga menyebabkan Kabinet Amir Syarifuddin berakhir sebab dikira menjual Negeri terhadap Belanda.

( 3) Diblokadenya perekonomian Indonesia secara ketata( serius, sistematik) oleh Belanda.

( 4) Republik Indonesia wajib memforsir menarik mundur tentara militernya di wilayah gerilya buat buat ke daerah Republik Indonesia.

( 5) Buat memecah belah Republik Indonesia, Belanda membuat negeri Boneka, antara lain negeri Borneo Barat, Negeri Madura, Negeri Sumatera Timur, serta Negeri Jawa Timur.

Negosiasi Renville yang berbuah Perjanjian Renville suatu hasil dari negosiasi sehabis terbentuknya Agresi Militer Belanda Ke- 1. Berlangsungnya negosiasi ini nyaris satu bulan.

Dalam negosiasi ini KTN jadi penengah, wakil ketiga negeri tersebut antara lain Australia diwakili Richard Kirby, Belgia diwakili Paul Van Zeeland, Amerika Serikat diwakili Frank Graham, buat Indonesia sendiri oleh Amir Syarifuddin serta Belanda oleh Abdulkadir Wijoyoatmojo seseorang Indonesia yang memihak Belanda.

Perjanjian ini memunculkan banyak kerugian untuk Indonesia sehingga munculnya Agresi Militer Belanda yang Kedua.

Kala itu, Kartosoewiryo yang terletak di daerah Jawa Barat- yang dipahami Belanda- dengan tentaranya( Barisan Bambu Runcing serta Laskar Hizbullah/ Sabillilah) terus melaksanakan perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Sehabis Soekarno serta Hatta ditangkap di Yogyakarta,

Kartosoewiryo menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir Syarifuddin. Kartosoewiryo melaksanakan itu sebab Perjanjian Renville menjadikan Negeri Indonesia sudah kalah serta bubar, setelah itu dia mendirikan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia( DI/ TII). Sampai pada bertepatan pada 7 Agustus 1949, di daerah yang masih dipahami Belanda waktu itu, Kartosuwiryo melaporkan berdirinya Negeri Islam Indonesia( NII).

Sedangkan itu pasukan dari Resimen 40/ Damarwulan, bersama batalyon di jajarannya, Batalyon Gerilya( BG) VIII Batalyon Gerilya( BG) IX, Batalyon Gerilya( BG) X, Depo Batalyon, EX. ALRI Pangkalan X dan Kesatuan Kelaskaran, dengan total pengikut sebanyak tidak kurang dari 5000 orang, pula Hijrah( meninggalkan daerah yang diduduki ataupun di klaim oleh Belanda bagaikan haknya) ke wilayah Blitar serta sekitarnya. Tidak halnya pada Kartosoewiryo bersama pasukannya Barisan Bambu Runcing serta Laskar Hizbullah/ Sabillilah senantiasa berperang melawan Belanda.

Demikianlah tajuk diatas penulis uraikan sebab teringat kala masih umur Sekolah Rakyat( 1954)- sekarang diucap Sekolah Dasar,

yang terletak di wilayah Petodjo Melintang Jakarta Pusat, jalur“ Kane Kecil” berdekatan dengan tangsi Militer Angkatan Darat yang dinamakan Kala Gelap luasnya hingga ke jalur Tanah Abang 2( saat ini tangsi untuk Paswalpres– Pasukan Pengawal Presiden) salah satu“ anak kolong”( anak tentara) bersuku Ambon sahabat sekelas penulis memberitahukan kepada penulis kalau orang tuanya lagi berangkat berperang memberantas pemberontak DI/ TII Kartosoewiryo.

Baa Juga: Cara Mendapatkan Filter Pertanyaan Untuk Instagram Stories

Kala itu benak penulis yang tidak ketahui sejarahnya( tidak dianjurkan sejarahnya) menyangka penjahat yang pantas ditumpas habis- habisan. Billahit Taufiq wal- Hidayah.□ AFM