Pengertian Novel : Sejarah, Sastra, Ciri, Kaidah Dan Struktur

5 min read

Struktur, Kaidah, Ciri Ciri, Sastra, Sejarah Dan Pengertian Novel Menurut Para Ahli

Struktur, Kaidah, Ciri Ciri, Sastra, Sejarah Dan Pengertian Novel Menurut Para Ahli

Novel ialah karangan prosa yang lebih panjang dari dongeng pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan memakai bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini mengacu pada pendapat Santoso dan Wahyuningtyas (2010: 46),

Dari sekian banyak bentuk sastra menyerupai esei, puisi, novel, dongeng pendek, drama, bentuk novel, dongeng pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya– karya novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat.

Struktur, Kaidah, Ciri Ciri, Sastra, Sejarah Dan Pengertian Novel Menurut Para Ahli
Struktur, Kaidah, Ciri Ciri, Sastra, Sejarah Dan Pengertian Novel Menurut Para Ahli

Sebagai materi bacaan, novel sanggup dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya.

Yakni bahwa tidak semua yang bisa menunjukkan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut semoga ia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga menunjukkan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu.

Novel ialah novel syarat utamanya ialah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas sehabis orang habis membacanya. Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik ialah novel yang isinya sanggup memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan kalem belaka. Yang penting menunjukkan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya.

Tradisi novel hiburan terikat dengan contoh – pola. Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social karena novel yang baik ikut membina orang renta masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah dongeng yang dihidangkan tidak membina insan atau tidak, yang penting ialah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya.

Banyak sastrawan yang menunjukkan yang menunjukkan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda.

Definisi – definisi itu antara lain ialah sebagai berikut : Novel ialah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, karena daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs). Novel ialah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra.

Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd). Novel merupakan karya sastra yang memiliki dua unsure, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling bekerjasama karena sangat kuat dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd). Novel ialah karya sastra yang berbentuk prosa yang memiliki unsure-unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd) 2.1.1. Unsur-Unsur Novel Novel memiliki unsure-unsur yang terkandung di dalam unsure-unsur tersebut ialah : 1.

Unsur Intrinsik Unsure Intrinsik ini terdiri dari : a. Tema Tema merupakan wangsit pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan dongeng novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd) b. Setting Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini mencakup waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd) c. Sudut Pandang Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968). Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Pengarang memakai sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam dongeng pengarang biasanya memakai kata ganti orang ketiga.

3. Pengarang memakai sudut pandang impersonal, ia sama sekali bangun di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat hingga ke dalam pikiran tokoh dan bisa mengisahkan belakang layar batin yang paling dalam dari tokoh. d. Alur / Plot Alur / plot merupakan rangkaian insiden dalam novel.

Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara sedikit demi sedikit berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan insiden yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd) e. Penokohan Penokohan menggambarkan huruf untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd) f. Gaya Bahasa Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)

2. Unsur Ekstinsik Unsure ini mencakup latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di luar unsure intrinsic. Unsur – unsur yang ada di luar badan karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd).

2.2. Unsur – unsur Novel Sastra Novel sastra serius dan novel sastra hiburan memiliki beberapa unsur yang membedakan keduanya. Unsure – unsure novel sastra serius ialah sebagai berikut : – Dalam sahabat : Karya sastra tidak hanya berputar – putra dalam persoalan cinta asmara muda – mudi belaka, ia membuka diri terhadap semua persoalan yang penting untuk menyempurnakan hidup manusia. Masalah cinta dalam sastra kadangan hanya penting untuk sekedar menyusun plot dongeng belaka, sedang persoalan yang bantu-membantu berkembang diluar itu. –

Karya sastra : Tidak berhenti pada tanda-tanda permukaan saja, tetapi selalu mencoba memahami secara mendalam dan fundamental suatu masalah, hal ini dengan sendirinya bekerjasama dengan kematangan pribadi si sastrawan sebagai seorang intelektual. – Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra bisa dialami atau sudah dialami oleh insan mana saja dan kapan saja karya sastra membicarakan hal – hal yang universal dan nyata. Tidak membicarakan insiden yang artificial (yang dibikin – bikin) dan bersifat kebetulan. – Sastra selalu bergerak, selalu segar dan baru.

Ia tidak mau berhenti pada konvensialisme. Penuh inovasi. – Bahasa yang digunakan ialah bahasa standard an bukan silang atau mode sesaat. Sedangkan novel sastra hiburan juga mempunya unsure – unsure sebagai berikut : – Tema yang selalu hanya menceritakan kisah asmara belaka, hanya itu tanpa persoalan lain yang lebih serius. – Novel terlalu menekankan pada plot cerita, dengan mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan dan unsur-unsur novel lain.

– Biasanya dongeng disampaikan dengan gaya emosional dongeng disusun dengan tujuan meruntuhkan air mata pembaca, jadinya novel demikian hanya mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal, tanpa pendalaman. – Masalah yang dibahas adakala juga artificial, tidak hanya dalam kehidupan ini. Isi dongeng hanya mungkin terjadi dalam dongeng itu sendiri, tidak dalam kehidupan nyata. –

Karena dongeng ditulis untuk konsumsi massa, maka pengarang rata-ratatunduk pada hokum dongeng konvensional, jarang kita jumpai perjuangan pembaharuan dalam jenis bacaan ini, karena demikian itu akan meninggalkan masa pembacanya. – Bahasa yang digunakan ialah bahasa yang actual, yang hidup dikalangan pergaulan muda-mudi kontenpores di Indonesia dampak gaya berbicara serta bahasa sehari-hariamat kuat dalam novel jenis ini.

2.3. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel sastra. 2.3.1. Nilai Sosial Nilai sosial ini akan menciptakan orang lebih tahu dan memahami kehidupan insan lain.

2.3.2. Nilai Ethik Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya sanggup memausiakan para pembacanya, Novel-novel demikian yang dicari dan dihargai oleh para pembaca yang selalu ingin berguru sesuatu dari seorang pengarang untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia.

2.3.3. Nilai Hedorik Nilai hedonik ini yang bisa menunjukkan kesenangan kepada pembacanya sehingga pembaca ikut terbawa ke dalam dongeng novel yang diberikan 2.3.4. Nilai Spirit Nialai sastra yang memiliki nilai spirit isinya sanggup menantang perilaku hidup dan akidah pembacanya. Sehingga pembaca menerima kepribadian yang tangguh percaya akan dirinya sendiri. 2.3.5.

Nilai Koleksi Novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus membelinya sendiri, menyimpan dan diabadikan. 2.3.6. Nilai Kultural Novel juga menunjukkan dan melestarikan budaya dan peradaban masyarakat, sehingga pembaca sanggup mengetahui kebudayaan masyarakat lain daerah.

2.4. Jenis Novel Hiburan Jenis dari novel hiburan beragam berdasarkan upaya, menyerupai : a. Novel detektif b. Novel roman c. Novel mistery d. Novel Gothis e. Novel criminal f. Novel science fiction(sf) Novel hiburan ini merupakan bacaan ringan yang menghibur dan novel hiburan ini jauh lebih banyak ditulis dan diterbitkan serta lebih banyak dibaca orang sebagai pembaca untuk jenis novel hiburan ini jumlahnya amat banyak karena sifatnya yang personal dan isinya hanya kenyataan semua dan citra fantasi pengarang saja.

Novel hiburan juga menceritakan hal-hal yang indah menyerupai dongeng percintaan yang sentimentil, sehingga pembaca sangat menyukainya. Novel hiburan ini juga diperhatikan oleh para kritisi yang menyangkut persoalan komersialnya, Novel ini gemari oleh semua golongan masyarakat mulai dari belum dewasa hingga orang dewasa, baik laki-laki maupun dewasa.

yang menjelaskan, “Kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti gres atau new dalam bahasa inggis. Karena novel ialah bentuk karya sastra yang tiba dari karya sastra lainnya menyerupai puisi dan drama.

Ada juga yang menyampaikan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sama dengan bahasa latin.

Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada dongeng pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu insiden yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak hingga pada persoalan yang sekecil-kecilnya.

Dan insiden yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang menimbulkan adanya perubahan nasib”.

Sedangkan berdasarkan Sumarjo (dalam Santosa dan Wahyuningtyas, 2010 : 47), “Novel” diartikan sebagai “Novel ialah produk masyarakat. Novel berada dimasyarakat karena novel dibuat oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat”. Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996 (dalam Siswanto 2008 :141), “Novel” diartikan sebagai “Karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian dongeng kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan tabiat dan sifat pelaku.

Masalah yang dibahas tidak sekompleks roman. Biasanya novel menceritakan insiden pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih menyerupai bahasa sehari-hari. Meskipun demikian, penggarapan unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, menyerupai tema, plot, latar, gaya bahasa, nilai tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan aspek tertentu dari unsur intrinsik tersebut”.

Menurut The American College dictionary (Purba, 2010: 62), “Novel” diartikan sebagai “Suatu dongeng prosa yang fiktif dengan panjangnya tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan faktual yang refressentatif dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau kusut”.

Baca Juga: Puisi Baru

Novel dibagi menjadi dua jenis, yaitu: novel terkenal dan novel serius. “Novel populer” ialah “Novel yang terkenal pada masanya dan banyak penggemarnya” Burhan Nurgiyantoro (2010, 18). Sedangkan novel serius berdasarkan Nurgiyantoro (2010: 18-19) “Novel ini disoroti dan diungkapkan hingga ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal”.